Pandemi Covid-19: Di Ambang Runtuhnya Sistem Kesehatan

Share

Oleh: dr. Eko Budi (member of HELP-Sharia)
Ringkasan Lini Masa Pandemi Covid-19
Hari terakhir dari tahun 2019, yaitu 31 Desember, menjadi awal malapetaka umat manusia tahun ini. China menginformasikan kepada WHO kasus-kasus penyakit infeksi saluran pernapasan bawah yang belum diketahui penyebabnya dari kota Wuhan yang diduga berasal dari pasar makanan laut dan hewan liar Huanan. Seminggu kemudian China menemukan penyebab penyakit tersebut berupa virus corona jenis baru yang awalnya dinamai 2019-nCoV yang masih satu keluarga dari virus penyebab wabah SARS dan MERS, yaitu partikel virus RNA tak kasat mata super kecil berukuran 60-140 nanometer! Berikutnya virus ini dinamakan SARS-CoV-2 dan penyakitnya disebut sebagai Covid-19.
Pada 13 Januari 2020 kasus pertama diluar China terkonfirmasi di Thailand. 15 Januari di Jepang, 20 Januari di Korea Selatan, 21 Januari di Amerika Serikat, 31 Januari di Italia. Pada 22 Januari WHO menyatakan wabah ini sebagai international health emergency dan China mulai 23 Januari mengkarantina wilayah (lockdown) kota Wuhan yang berpenduduk 11 juta jiwa serta membatalkan perayaan Imlek. China dan beberapa negara mulai melakukan restriksi penerbangan. Bahkan Papua Nugini melarang semua penerbangan dari negara Asia dan menutup perbatasan dengan Indonesia. Per 31 januari 2020, secara global sudah terdapat 9826 kasus di 20 negara.
Tanggal 2 Maret tercatat dua kasus pertama di Indonesia yang kemudian meningkat dengan cepat seiring jangkauan covid-19 mencapai 69 negara dengan 89.242 kasus dan 3.048 korban meninggal. Tanggal 9 Maret Italia melakukan lockdown seluruh wilayahnya. Dan akhirnya 11 Maret WHO menyatakan Covid-19 sebagai pandemi global yang menyebabkan semua negara kalang kabut dan berusaha mengatasinya dengan berbagai pendekatan.
Dari berbagai studi diketahui bahwa masa inkubasi wabah ini rentangnya 2-14 hari, bahkan ada kasus sampai 27 hari. Sedangkan rentang gejala klinis pada penderita berdasarkan kasus di China adalah 81% gejala ringan, 14% kasus berat, dan 5% kasus kritis yang memerlukan perawatan intensif (ICU) dengan tingkat kematian di Indonesia 8% sedangkan secara global sekitar 4%. Laju pertambahan kasus positif untuk Indonesia adalah 2 kali lipat dalam 4 hari, hampir dua kali lebih cepat dari laju global. Sebagaimana dalam suatu wabah, jumlah kasus positif itu seperti fenomena gunung es, jauh lebih kecil daripada aslinya, bahkan bisa mencapai sepersepuluhnya. Begitu juga cakupan tes diagnosis yang rendah menyumbang banyaknya kasus yang belum terdeteksi dan baru sedikitnya kasus sudah terkonfirmasi positif. Hal-hal ini akan sangat menyulitkan perkiraan jumlah populasi yang akan terjangkit wabah, ada yang memperkirakan puluhan ribu, ratusan ribu, bahkan sampai jutaan orang Indonesia akan terjangkit Covid-19. Puncak wabah ini juga sulit diperkirakan kapan akan terjadi.
Respons Pemerintah Menghadapi Wabah
Alih-alih berusaha mencegah penyebaran wabah Covid-19 di Indonesia dengan serius, wabah yang telah masuk di puluhan negara ini justru menjadi bahan candaan dan diremehkan para pejabat negara Indonesia. “(Corona masuk Batam?) Hah? Mobil Corona?”, kata Luhut sambil tersenyum (detik.com). “Sampai saat ini Indonesia itu adalah satu-satunya negara besar di Asia yang tidak punya kasus corona,” ujar Mahfud di kantornya (kontan.co.id). “Ini ada alokasi tambahan sebesar Rp298 miliar terdiri dari maskapai, biro perjalanan ada diskon khusus sehingga ada insentif Rp98,5 miliar. Kemudian promosi, kegiatan pariwisata, dan influencer,” papar Airlangga di Kompleks Istana Kepresidenan (cnnindonesia.com).
Begitulah sejak awal merebaknya wabah ini, respons pemerintah dan pejabat Indonesia cenderung tidak serius. Bahkan, Indonesia sempat mengekspor masker ke China pada Januari-Februari 2020 hingga naik 5,3 juta persen per Februari 2020.
Sebenarnya peringatan dari para ahli kesehatan sudah ada sejak sebelum ditemukannya kasus positif pertama tanggal 2 maret 2020. Setelah adanya desakan dan kecaman berbagai pihak kepada pemerintah Indonesia, termasuk dari WHO langsung untuk lebih serius dalam menangani wabah ini, akhirnya baru pada tanggal 13 Maret 2020 dibentuk Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 dan ditetapkan bahwa wabah Covid-19 sebagai bencana nasional non-alam di bawah komando BNPB. Di sisi lain, penduduk Indonesia sendiri juga tidak waspada dan mengabaikan bahayanya wabah covid-19 ini, di antaranya akibat informasi yang tidak memadai dan sikap dari pemerintah sendiri yang seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
Dampak Wabah Covid-19 terhadap Sistem Kesehatan
Negara Italia, yang menempati runner-up negara dengan sistem kesehatan terbaik dunia menurut WHO, kalang kabut diserang wabah ini. Padahal di sana, kemajuan teknologi kesehatan bagus, rasio tenaga kesehatan dibandingkan penduduk cukup besar, alokasi dana kesehatan cukup besar, sarana dan prasarananya termasuk cukup banyak. Akan tetapi banyak data mengungkapkan bahwa mereka sudah tidak kuasa melawan wabah ini. Jumlah pasien covid-19 menempati runner-up dunia. Tenaga kesehatan banyak yang meninggal, kekurangan tenaga kesehatan, kapasitas tempat tidur (bed) sudah habis sehingga pasien dirawat di lorong rumah sakit, kematian pasien tertinggi di dunia, sampai pada tindakan selektif dalam menolong pasien.
Sementara itu, sejak pertama adanya konfirmasi positif wabah covid-19 di Indonesia hingga menjadi berlipat ganda dengan cepat jumlahnya, semua mulai merasakan dampaknya. Bidang kesehatan menderita pukulan paling hebat. Banyak data yang terungkap bahwa wabah covid-19 menyerang tidak pandang bulu, mulai rakyat biasa, dokter, sampai pejabat negara. Dengan kesadaran yang rendah, terdapat beberapa pasien positif yang masih membaur dengan penduduk yang sehat di beberapa kota. Kurangnya jumlah dan persebaran pusat diagnosis wabah dan minimnya koordinasi pusat dan daerah dalam penanganan wabah menambah berat beban kesehatan. Di sisi lain, bahan disinfektan dan alat pelindung diri (APD) seperti masker menjadi langka dan super mahal karena diekspor ke China dan panic buying warga, yang mana hal ini memperlambat cakupan penanganan wabah. Ibaratnya, para tenaga kesehatan berangkat ke medan perang tanpa dibekali perisai dan senjata. Minimnya ruang isolasi, ventilator, dan tenaga kesehatan dibandingkan jumlah pasien yang membutuhkan sehingga banyak pasien yang “terlantar” dan akhirnya meninggal dunia, bahkan beberapa dokter sudah bertumbangan akibat tertular Covid-19. Secara ojektif, Indonesia hanya memiliki rasio jumlah tempat tidur (bed) dibandingkan jumlah penduduk sebesar 1,21:1.000, sedangkan untuk perawatan intensif 2,7 fasilitas ICU per 100.000 orang dan ini termasuk yang paling rendah di Asia. Dari sisi jumlah dokter, Indonesia juga hanya memiliki 4 dokter untuk 10.000 penduduk, sekitar sepersepuluh dari Italia di mana sekarang ini mereka sudah sangat kelabakan menghadapi wabah. Dihadapkan pula kepada fakta bahwa alokasi sektor kesehatan dari APBN baru sebatas 5%. Semua ini berakumulasi pada sulitnya penanganan wabah yang sedang terjadi.
Faktor-faktor tersebut menjadi indikasi sangat kuat bahwa Indonesia tidak memiliki ketahanan sistem kesehatan yang cukup kuat. Sistem kesehatan kita keropos, mudah jebol, dan belum siap menghadapi masalah kesehatan yang bermunculan, khususnya wabah Covid-19 ini. Sehingga dalam satu-dua bulan ke depan jika eskalasi wabah tetap seperti ini dan pemerintah tidak menemukan cara efektif mengendalikan wabah, maka kita harus bersiap menghadapi keruntuhan sistem kesehatan kita. Puluhan ribu pasien Covid menumpuk di rumah sakit, ribuan dirawat di lorong-lorong bahkan di tenda-tenda darurat, ribuan meninggal tanpa bantuan pernapasan memadai, dokter dan perawat banyak yang meninggal karena terinfeksi dan kelelahan, sirine ambulans menjerit pilu setiap waktu, isak tangis pasien keluarga terdengar sepanjang jalan, rumah sakit kehabisan sumber daya, pasien selain COvid-19 tak tertangani, fasilitas publik kolaps, kegiatan ekonomi seperti berhenti. Horor! Situasi yang tak terbayangkan dan tentu bukanlah harapan kita.
Dengan melihat situasi seperti ini tentu secara rasional sistem kesehatan kita ini tidak layak dipertahankan karena akan menjadi malapetaka dan mengancam nyawa ratusan juta penduduk Indonesia. Oleh karena itu, mau tidak mau, kita mesti berpikir keras dan jernih untuk memperbaiki, bahkan harus mengganti sistem kesehatan kita dengan alternatif model yang baru. Tentu sistem kesehatan memerlukan dukungan kuat dari sistem ekonomi dan politik yang dijalankan suatu negara. Kita berharap memiliki sistem kesehatan yang tahan banting dan lebih siap menghadapi goncangan problematka kesehatan, termasuk berperang melawan wabah seperti saat ini. Dalam hal ini kita bisa melirik sistem kesehatan zaman keemasan peradaban Islam dahulu. Sebuah perubahan untuk kebaikan umat manusia.
Semoga Allah SWT memudahkan jalan menuju ke sana.
Rujukan informasi:
https://www.pharmaceutical-technology.com/news/coronavirus-a-timeline-of-how-the-deadly-outbreak-evolved/
https://www.businessinsider.sg/coronavirus-pandemic-timeline-history-major-events-2020-3?r=US&IR=T
https://en.wikipedia.org/wiki/Timeline_of_the_2019%E2%80%9320_coronavirus_pandemic_in_November_2019_%E2%80%93_January_2020#31_December
https://www.merdeka.com/dunia/5-besar-negara-dengan-jumlah-korban-virus-corona-terbanyak-indonesia-nomor-berapa.html
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK554776/
https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019
https://ourworldindata.org/coronavirus
https://infeksiemerging.kemkes.go.id/
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7081172/
https://en.wikipedia.org/wiki/Coronavirus_disease_2019#cite_note-148
https://internasional.republika.co.id/berita/q5o8jh415/gunung-es-virus-corona-baru-mulai-terkuak
https://www.omicsonline.org/health-care-journals-italy/
https://nasional.kontan.co.id/news/mahfud-md-indonesia-satu-satunya-negara-besar-di-asia-yang-tidak-punya-kasus-corona?page=all
https://www.pikiran-rakyat.com/internasional/pr-01335176/beri-peringatan-soal-wabah-virus-corona-ahli-virologi-sidrotun-naim-lebih-menular-dari-sars?page=4
https://www.kompas.com/tren/read/2020/02/09/163000665/kasus-virus-corona-negatif-di-indonesia-berikut-peringatan-who?page=all#page3
https://majalah.tempo.co/read/laporan-utama/159957/salah-langkah-jokowi-hadapi-wabah-corona
http://www.rmolbengkulu.com/read/2020/03/19/23043/Masker-Malah-Diekspor-Besar-besaran-ke-China,-Rakyat-Sendiri-Dikorbankan-
https://ekonomi.kompas.com/read/2018/10/18/113000126/90-persen-industri-obat-nasional-pakai-bahan-baku-impor
https://majalah.tempo.co/read/laporan-utama/160007/pengorbanan-para-tenaga-medis-melawan-virus-corona?
https://jabar.suara.com/read/2020/03/20/123602/pasien-positif-virus-corona-asal-bojonggede-naik-mrt-krl-busway-dan-ojol
http://www.data-apbn.kemenkeu.go.id/Dataset/Details/1008
https://www.tempo.co/dw/2208/hadapi-wabah-corona-sistem-kesehatan-indonesia-di-ujung-tanduk
https://www.suara.com/tekno/2020/03/25/163146/baru-2-kasus-covid-19-terungkap-sistem-kesehatan-indonesia-bisa-ambruk

Table of contents

Read more

Local News