Oleh: dr. Faizatul Rosyidah
Memiliki anak yang menurut pada orang tua tentu saja menjadi dambaan setiap orang tua, namun tak jarang justru yang terjadi adalah sebaliknya; anak susah sekali menurut apa kata orang tua bahkan sebagian anak malah berani membangkang perintah orang tua. Bagaimana Islam mengajarkan kita mendidik anak agar mereka menurut pada kita?
1. Yang harus disadari dan dipahami oleh orang tua, bahwa ‘menurut’ atau taat dalam konsep Islam hanyalah ada dalam konteks kebenaran, yaitu sebuah ketaatan yang berpangkal pada ketaatan kita sebagai makhluk, kepada Allah swt sebagai al Khaliq. Tidak ada ketaatan kalau itu dalam rangka bermaksiat kepada Allah swt. Sebuah qaidah syara’ mengatakan: “Laa tha’ata li makhluq fii ma’shiyatil khaaliq” (Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam rangka bermaksiat kepada Al Khaliq (Allah swt)). Sehingga sebagai orang tua kita harus paham bahwa konsep ketaatan yang hendak kita bangun pada diri anak, bukanlah sebuah ketaatan yang bersifat mutlak, yang mengharuskan mereka menurut apa pun kata orang tua, tanpa melihat benar atau salahnya. Akan tetapi ketaatan yang kita bangun adalah ketaatan yang berpangkal pada ketaatan mereka kepada pencipta-Nya. Dimana ketaatan mereka pada kita, adalah salah satu bentuk ketaatan mereka kepada Allah swt. Kejelasan standard kapan harus taat dan kapan tidak boleh taat, menjadi salah satu faktor yang akan memudahkan anak untuk menjadi anak yang menurut dalam konteks yang benar.
2. Oleh karena itu, sebelum bisa mengajarkan kepada anak, orang tua harus menjadi pihak yang mengenali dan memahami terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan kebenaran dan kebaikan itu. Yaitu segala sesuatu yang diperintahkan oleh Islam, atau dipuji oleh Islam, atau dijanjikan imbalan oleh Islam, atau yang dibolehkan oleh Islam. Sementara kesalahan/kemaksiatan adalah ketika melanggar apa yang diperintahkan dan dilarang oleh Islam, atau melakukan apa yang dicela atau dibenci dan diancam dengan sanksi oleh Islam.
3. Berikutnya, orang tua harus menjadi teladan terbaik bagi anak dalam berusaha berjalan dalam kebenaran dan ketaatan dalam Islam tsb, hingga anak bisa melihat bahwa orangtuanya hanya melakukan, mengatakan dan mengajarkan sesuatu yang benar. Kalau ternyata ada kesalahan yang kita lakukan karena khilaf, maka kita pun harus bisa memberi contoh kepada anak bagaimana mengakui kesalahan yang kita lakukan dan segera tunduk kepada kebenaran yang ditunjukkan kepada kita tersebut. Keteladanan adalah diantara cara yang paling efektif untuk membuat anak patuh. Beri contoh langsung pada mereka apa yang harus mereka perbuat. Jangan sampai mereka justru melihat kita melakukan hal yang kita larang mereka melakukannya. Karena diantara faktor yang membuat anak sulit patuh pada orang tuanya adalah karena tidak adanya keteladanan ini.
4. Agar anak mudah untuk taat, bantulah mereka dengan menggunakan pendekatan metode pendidikan yang sesuai dengan tumbuh kembang mereka. Mulai dari pembiasaan, pendisiplinan hingga pada saat mereka sudah memiliki kemampuan memahami sesuatu, maka kita pun harus memberikan penjelasan yang memuaskan akal dan hati mereka, hingga terbangun kesadaran pada diri mereka mengapa harus menurut untuk melakukan ini dan itu, apa maksud dan tujuan kita menetapkan aturan yang begini dan begitu pada mereka, sehingga mereka mengerti dan tidak salah paham dengan perintah yang kita buat tersebut. Ada kalanya anak-anak sulit untuk patuh pada perintah orang tuanya karena mereka belum paham atau salah paham dengan perintah orang tuanya.
5. Istiqomahlah atau konsistenlah dengan kebenaran yang kita ajarkan atau perintah yang kita berikan. Misalnya, kita menyuruh anak kita melakukan sholat wajib. Maka berilah penjelasan hingga membentuk pemahaman dan kesadaran pada diri mereka mengapa mereka harus sholat. Jadilah teladan terbaik bagi anak dalam ketaatan dan kedisplinan kita melakukan sholat wajib tersebut, bahkan ketika kita sedang sakit, mereka tetap melihat kita melakukan shalat wajib tersebut sekalipun dengan mengambil rukhshah (keringanan) seperti sholat sambil duduk, dsb. Lalu konsistenlah dengan perintah atau aturan yang kita buat tersebut. Kalo hari ini kita memintanya melakukan sholat wajib tersebut, maka sampai kapan pun kita tidak akan mentolerir pelalaian terhadap kewajiban tersebut. Ketidakkonsistenan adalah salah satu hal yang sering membuat anak merasa tidak perlu taat/patuh pada orang tuanya, karena toh mereka pernah melakukannya dan tidak menjadi masalah bagi orang tua mereka (?!)
6. Lakukan semua upaya pendidikan tersebut dengan penuh kasih sayang, ketegasan, namun penuh dengan kelembutan. Tegas bukan berarti bersikap keras, kaku ataupun kasar. Selalu buka diri kita untuk memahami kondisi yang sedang dihadapi anak. Jangan memaksakan perintah atau aturan ketika keadaan anak memang tidak memungkinkan melakukannya. Misalnya, jangan memaksa anak harus menurut perintah kita untuk belajar selama 2 jam di malam hari, kalau anak kita tersebut dalam keadaan kurang sehat atau terlalu lelah karena aktivitas-aktivitas yang sebelumnya dia lakukan. Sebaliknya, carilah cara untuk membantu dia agar menjadi lebih mudah melakukan perintah kita tersebut. Misalnya membantunya mengatur jadwal, kapan sebaiknya istirahat, bermain dan belajar, sehingga pada saat jadwalnya untuk belajar dia dengan mudah mentaatinya. Seringkali karena ‘kondisi yang tidak memungkinkan’ inilah anak terlihat seperti tidak mau menurut pada perintah orang tuanya, padahal sebenarnya mereka bukannya tidak mau, tapi ‘tidak mampu’ untuk menuruti perintah orang tuanya.
7. Sekalipun kita senantiasa mengajarkan anak kita agar menurut/taat kepada kita dengan ikhlas semata karena Allah swt, namun jangan ragu untuk memberikan pujian, penghargaan/reward dan membesarkan hati mereka ketika mereka melakukan hal yang kita perintahkan. Dengan begitu mereka akan merasa diperhatikan, usahanya lebih dihargai, dan hal itu akan menjadi salah satu yang memudahkan mereka untuk melakukan ketaatan lainnya. Merasa usahanya kurang diperhatikan dan dihargai adalah juga salah satu faktor tidak patuhnya anak pada orang tuanya yang seringkali hanya bisa mengkritik dan mencela anak, namun pelit dengan perhatian dan pujian ketika mereka sudah melakukan kebaikan.
8. Jadilah orang tua yang selalu memiliki harapan terbaik bagi anak-anak kita, dan jangan lupa untuk selalu mendoakan kebaikan mereka. Jangan pernah berputus asa dan merasa bahwa anak kita tidak akan bisa berubah, ketika saat ini kita masih mendapati mereka masih belum seperti harapan kita. Jangan-jangan ‘putus asanya’ kita dan ‘dugaan buruk’ kita kepada anak kita menjadi salah satu ‘doa’ yang membuat mereka lebih sulit berubah menjadi anak yang lebih baik dan menurut sebagaimana harapan kita.
Semoga kita senantiasa dimudahkan Allah swt menyiapkan anak-anak kita menjadi persembahan terbaik kita bagi kehidupan ini dan semoga mereka bisa menjadi salah satu jalan kemuliaan kita di sisi-Nya. Amiin. []