Menatap Akhir Pandemi

Share

Oleh: dr. Eko Budi (member of HELP-Sharia)

Kalimat di atas menjadi satu harapan umat manusia bumi ini, dari bangsa manapun agar segera terealisasi. Saat ini hal tersebut baru sebatas harapan, karena kurva pandemi ini belum menurun, bahkan menuju puncak.

Sebagai gambaran, per tanggal 8 Juni 2020, secara global menurut data di situs WHO terjadi 7.145.539 orang yang terinfeksi virus SARS-CoV2 di 216 negara dengan 408.025 kematian! Di Indonesia sendiri terdapat 34.316 kasus dengan 1.959 kematian. Direktur jenderal WHO pun mengatakan bahwa situasi global pandemi memburuk. Manusia pun bergejolak, hidup dalam ketidakpastian dan ketakutan, diteror oleh makhluk tak kasat mata nan berbahaya.

Seiring membanjirnya arus informasi di media online tanpa filter yang memadai, sebagian orang masih menganggap Covid-19 sebagai konspirasi untuk meraup keuntungan materi. Sebagian lain menganggapnya sama seperti flu biasa yang jamak terjadi di nusantara. Tentu ini sangat mengoyak hati nurani. Ditambah lagi dengan penguasa negeri yang lebih peduli urusan ekonomi dan investasi. Seolah telah hilangnya nyawa anak negeri sendiri kurang berarti jika dibandingkan dengan masih adanya ratusan juta orang tak terinfeksi atau tak bergejala sama sekali.

Sistem kesehatan kini tak lagi memadai. Fasilitas uji untuk deteksi infeksi (rapid test dan PCR), fasilitas alat pelindung diri, SDM yang melayani, juga ruang isolasi yang masih jauh dari mencukupi. Bagaimana mau selesai wabah ini? Apalagi vaksinasi masih sebatas mimpi. Tentu ini menjadi sebuah ironi.

The end of the pandemy memang harapan kita semua. Dalam hal ini tentu ikhtiar mesti mengikuti, tidak boleh dibiarkan seleksi alami dari manusia agar terjadi herd immunity. Karena secara alami akan sangat banyak mengorbankan orang-orang yang kita cintai.

Apabila diteliti, sampai sejauh ini apa yang sudah dicapai dari penanganan pandemi ini? Berbagai protokol kesehatan yang telah disusun para ahli belum dijalankan secara nyata. Dukungan kebijakan dan dana dari para penguasa masih sangat kurang terasa. Penguasa mengaku tak punya dana sehingga mesti utang lagi sini sana sampai lima dasawarsa. Masyarakat pun seolah-olah dipaksaa untuk secara mandiri dan swadaya melawan wabah yang sedang melanda.

Wahai saudara! Janganlah kita lupa, kita punya Sang Maha Pencipta, Sang Maha Bijaksana, Sang pemilik kuasa alam semesta, Sang Pemilik virus corona.
Wahai saudara! Wabah ini sejatinya tak lepas dari kehendakNya. Menjadi ujian dan peringatan untuk merontokkan kesombongan manusia.
Wahai saudara! Janganlah terus bersikap kepala batu. Tundukkan akal dan egomu! Telah banyak bencana dan kerusakan, agar manusia kembali ingat padaNya.

Coba sejenak kita flashback. Telah satu abad ini bani Adam melakukan berbagai kerusakan di bumi secara sistematis, bertambah keangkuhan serta kezalimannya seraya melupakan Sang Pencipta dan Sang Pengaturnya. Mereka merasa hebat dan modern, karena akalnya telah mengantarkannya mengorbit ke angkasa lebih cepat dari suara dan mengekstraksi benda-benda berharga dari dalam perut bumi.

Namun, tatkala Sang Maha Kuasa mengutus makhlukNya yang memiliki struktur sangat sederhana, manusia dengan seketika hilang digdaya. Padahal baru satu jenis makhluk saja, belum jika ditambah dengan yang lainnya. Mestinya ini menyadarkan kita, terutama orang beriman, bahwa manusia ini hakikatnya sangat lemah namun durhaka.

Sudah selayaknya kita benar-benar mengakui kebesaran kuasaNya, tidak terus mempertahankan sikap kepala batu seperti saat ini. Sudah selayaknya kita tidak kontra terhadap ketentuan dan sistem yang berasal dariNya. Sudah selayaknya kita tundukkan akal dan nafsu dunia kita di bawah firman-firmanNya yang dibawa oleh rasulNya, berupa tuntunan Islam yang sempurna. Islam dengan sistem (syariah) nya yang paripurna menjadi solusi nyata semua problematika manusia berbagai bangsa.

Pandemi yang sekarang masih menjadi-jadi, memang secara alami jika dibiarkan pun akan berakhir sendiri suatu saat nanti. Namun pastinya dibayar dengan hilangnya amat banyak nyawa generasi (herd immunity) disertai resesi ekonomi multi dimensi tanpa tahu kapan berhenti.

Wahai saudara-saudari! Jika kita ingin new normal life yang alami dan pandemi ini segera berhenti dengan tingkat infeksi yang terkendali, maka ambillah syariat Islam menjadi solusi pasti. Penerapan syariat Islam ini juga akan membentuk sistem kesehatan yang siap sedia dan tahan banting menghadapi berbagai problematika kesehatan. Mau bukti? Mari berdiskusi sembari ngopi.

Read more

Local News