HELP-S Mendampingi Pengibaran Panji Rasulullah di Puncak Mahameru

Share

Catatan perjalanan ke Mahameru
Subhanallah wa alhaamdulillah wa laa Ilaha illaLlah Allahuakbar​
Atas doa dan dukungan para syabab, pertolongan Allah senantiasa menaungi expedisi pengibaran Panji Rasulullah di puncak Mahameru.
Adalah tidak mudah Membayangkan sebuah perjalanan 4 hari 3 malam menempuh jarak 30 km menuju ketinggian 3.676 meter di atas permukaan laut sambil membawa beban 60 liter bagi saya yang tidak punya basic fisik yang kuat. Ditambah dengan hujan deras di awal perjalanan dari tumpang ke ranupani yang seolah ditumpahkan dari langit. Serta kabar dari rumah tentang bapak yang tidak juga kembali ke rumah. Namun demi misi ini, maka saya kuatkan niat dan serahkan semua kepada Allah. Apalagi ketika membaca pesan dari ust Sigit tentang semangat ust Bastoni untuk kibarkan Panji Rasulullah di puncak pundak. Laa haula wa laa quwata illa billah.
Pendakian kami mulai dari desa Ranupani kecamatan Senduro kabupaten Lumajang. Berjalan kaki dengan Medan naik turun menuju Ranu Kumbolo selama kurang lebih 5 jam. Selanjutnya kami buka camp dan istirahat di Ranu Kumbolo.
Subuh sebelum melanjutkan perjalanan ke Kalimati, kami laksanakan sholat subuh berjamaah dengan mengumandangkan adzan terlebih dahulu. Alhamdulillah sekitar 10 pendaki dari rombongan lain ikut berjamaah. Setelah sholat subuh jamaah, kami adakan sosialisasi Panji Rasulullah ke Pendaki yang ikut sholat tersebut. Dan Masya Allah, pendaki tersebut tampak sangat gembira dan tanpa malu mereka meminta foto bersama Panji Rasul.
Selesai packing kami segera melanjutkan perjalanan ke Kalimati. Melewati tanjakan cinta, oro oro Ombo, cemoro kandang, jambangan hingga Kalimati. Perjalanan terasa semakin berat karena Medan semakin menanjak sementara badan semakin lelah. Beberapa kali saya harus berhenti berjalan karena dada sudah berdebar kencang serta nafas yang ngos-ngosan.
Sepanjang perjalanan kami bertemu dengan pendaki yang turun. Dalam beberapa obrolan, para pendaki menyampaikan bahwa mereka gagal mencapai puncak karena cuaca buruk. Hujan dan badai selalu menyelimuti Mahameru. Tidak bisa dipungkiri, hal tersebut sempat menggentarkan hati kami. Namun kami kembali bertawakal dan memohon pertolongan Allah SWT.
Dengan tertatih akhirnya saya sampai di Kalimati. Setelah buka camp, kami segera adakan sholat jamaah ashar dan Dzuhur serta sholat jamaah Maghrib dan isya. Setelah selesai sholat isya,  istirahat sebentar untuk pemulihan fisik agar kuat melakukan summit ke puncak Mahameru.
Sekitar pukul 11 malam kami memulai summit. Berbeda dengan Medan sebelumnya yang meski menanjak tapi landai, Medan summit ini benar benar menguras tenaga. Selain menanjak dan curam, Medan juga tersusun atas pasir yang labil. Sehingga seringkali langkah kaki melorot kembalikan​. Belum lagi bebatuan yang sempat menggelinding dari atas beberapa kali.
Karena perjalanan yang berat serta fisik yang semakin lemah, saya tidak berhasil mencapai puncak Mahameru sebelum subuh. Dengan terpaksa kami laksanakan sholat subuh sendiri sendiri di posisi masing masing di lereng Mahameru. Inilah saat saat yang paling mendebarkan. Sholat subuh di lereng yang curam dan labil. Sewaktu waktu Medan yang saya injak bisa saja longsor. Sewaktu waktu pula batu batu di atas bisa saja menggelinding ke arah saya. Astaghfirullah…. Begitu dekat rasanya kita dengan kematian. Sementara amal masih segitu gitu aja. 😓😭
Setelah subuh, sambil tertatih dan membawa tiang pengibar, saya teruskan perjalanan menuju Mahameru. Sempat terfikir untuk berhenti berjuang, lalu berputar mundur. Tapi pikiran itu saya tepis jauh jauh. Saya sedang mengemban misi, saya sedang membawa tiang pengibar Panji Rasulullah, maka saya harus tetap berjuang sampai Mahameru.
 Sekitar pukul setengah tujuh, saya berhasil mencapai puncak Mahameru. Dan sesaat kemudian Kawah Jonggring Saloko bergemuruh dan mengeluarkan asap putih. Alhamdulillah Allahuakbar…
Setelah selesai sosialisasi dan pengibaran Panji Rasulullah, kami segera turun sebelum uap beracun​ Jonggring Saloko semakin pekat.
Setelah cukup istirahat di camp Kalimati, kami lanjutkan perjalanan turun ke Ranu Kumbolo. Setelah camp kembali, dinihari kami segera lanjutkan perjalanan turun ke Ranu Pani. Alhamdulillah  expedisi berjalan lancar. Untuk mengenang perjuangan ust Bastoni, kami sepakati expedisi kali ini sebagai expedisi Bastoni. Semoga expedisi yang kami laksanakan bisa menguatkan semangat n kerinduan kaum muslim pada syariah n khilafah. Allahuakbar.
Catatan medis: Alhamdulillah, tidak ada kejadian serius yang terjadi selama pendakian. Oxican masih terbungkus rapi, obat obat juga tidak terpakai. Hanya sedikit lecet di kaki yang dialami oleh kang Nanang saat turun akibat gesekan dengan sepatu. Saya lakukan rawat luka seperlunya dan tutup dengan plester. Alhamdulillah tidak menganggu perjalan turun.
Catatan akhir:  pada saat dalam perjalanan pulang ke Ranu Pani, kang Tachta bertanya-tanya gimana kesan saya. Sejenak saya berfikir, lalu saya jawab: saya kapok naik gunung 😅, kalo tidak mengemban misi Panji Rasulullah, rasa rasanya saya nggak mau naik gunung lagi 😓 .

Read more

Local News