Oleh: Dwi Kirana LS (HELPS Korda Jember Raya)
Status gizi buruk atau disebut juga dengan malnutrisi. Keadaan tersebut dibagi menjadi tiga berdasarkan faktor penyebab gizi buruk, yakni sebab kekurangan protein (kwashiorkor), akibat kekurangan karbohidrat atau kalori (marasmus), dan karena kekurangan kedua-duanya (karbohidrat dan protein).
Gizi buruk umumnya dialami pada anak usia balita (bawah lima tahun) dan ciri yang nampak dengan membusungnya perut (busung lapar).
Status gizi buruk adalah keadaan dimana seseorang dinyatakan kekurangan zat gizi, atau dengan ungkapan lain status gizinya berada di bawah standar rata-rata. Apabila terdapat anak dengan status gizi buruk maka penatalaksanaannya dilakukan sesuai dengan panduan Departemen Kesehatan, mencakup pada 10 tindakan yang dibagi ke dalam 4 fase, yaitu fase stabilisasi, fase Transisi, fase Rehabilitasi, dan fase Tindak Lanjut (Kemenkes 2011).
Namun demikian seperti yang dinyatakan seorang Ahli Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Diah M. Utari, bahwasannya program pemerintah untuk mengatasi masalah gizi kurang dan gizi buruk sudah dilakukan sejak puluhan tahun yang lalu. Dan perbaikan gizi, kata Diah, ” tidak bisa hanya mengandalkan sektor kesehatan saja.” Saat peringatan hari gizi nasional (25/1). Dan juga di komisi 9 DPR RI menganggarkan 1T upaya untuk mengatasi tingginya angka gizi buruk, sebut Ayub Khan dengan melakukan upaya sinkronisasi kebijakan antara pemerintah pusat dan daerah.
Adapun Jellife (1966) mengungkapkan, bahwa faktor ekologi yang berhubungan dengan penyebab terjadinya malnutrisi. Faktor ekologi yang berhubungan dengan hal ini dibagi dalam enam kelompok, yaitu keadaan infeksi, konsumsi makanan, pengaruh budaya, sosial ekonomi, produksi pangan, serta kesehatan dan pendidikan.
Untuk memberi asupan makanan bergizi yang amat penting untuk memenuhi kebutuhan nutrisi hariannya, terutama di usia anak, saat memasuki usia pra sekolah mempunyai risiko besar terkena gizi kurang.
Pada usia ini anak-anak tumbuh dan berkembang dengan cepat, sehingga membutuhkan zat gizi yang lebih banyak, sementara bila mereka mengalami penurunan nafsu makan dengan daya tahan tubuhnya, yang mudah rentan, mudah terkena infeksi penyakit, dibandingkan anak usia remaja.
Zat gizi yang usia anak ini perlukan sama adalah Karbohidrat berfungsi sebagai penghasil energi bagi tubuh dan menunjang aktivitas anak yang mulai aktif bergerak. Protein berfungsi untuk membangun dan memperbaiki sel tubuh dan menghasilkan energy. Protein merupakan zat gizi makro sumber energi.
Protein tidak dapat berfungsi baik dalam tubuh tanpa kecukupan sumber energi lain (karbohidrat dan lemak) dan zat-zat gizi mikro (vitamin dan mineral). Sumber protein dari makanan hewani (telur, ikan, daging, daging unggas, susu dan hasil olahnya) dan dari makanan nabati (kacang-kacangan seperti kacang tanah, kacang hijau, kacang tolo, kacang merah, kedelai dan hasil olahnya seperti tempe, tahu, oncom dan susu kedelai). Protein tersusun dari asam-asam amino.
Lemak merupakan sumber energi yang berfungsi mempertahankan suhu tubuh, melindungi jaringan dan organ tubuh. Lemak DHA berperan dalam pembentukan sel saraf otak, melindungi serabut sel saraf dan pemeliharaan fungsi otak dan indera penglihatan, khususnya retina mata. Minyak ikan juga mengandung vitamin A dan D dalam jumlah tinggi. Kuning telur mengandung kolin yang dapat membantu perkembangan memori.
Lemak juga berperan penting membantu penyerapan vitamin A, D, E, dan K dan vitamin yang penting pada makanan anak adalah iodium, kalsium, zinc, asam folat, asam folat, zat besi, vitamin A,B,C,D,E, dan K. Sedangkan mineral dan vitamin ini berperan dalam perkembangan motorik, pertumbuhan, dan kecerdasan anak serta menjaga kondisi tubuh anak agar tetap sehat agar pertumbuhan fisik tubuh tidak melambat, juga perlu supplai makan makanan yang memberikan asupan gizi yang mendukung pertumbuhan otaknya.
Agar anak senantiasa sehat, penuhi kecukupan kebutuhan zat gizi makro dan mikro nutrisinya.
Bagaimana cara menghitung kebutuhan nutrisinya supaya cakupan gizi dapat berimbang sesuai kadar dari proses metabolisme tubuh, seperti dikutip dari klinikgizi.com berikut ini;
Tentukan Desirable Body Weight (DBW) atau Berat Badan Ideal. Penentuan berat badan ideal untuk anak balita (1-5 tahun) secara sederhana dapat menggunakan rumus BBI = (usia dalam tahun x 2) + 8Tentukan Estimasi Kebutuhan Energi dan Zat Gizi Makro (karbohidrat, protein, lemak) dan Mikro (vitamin dan mineral) Per Hari.
Caranya menghitung kebutuhan energi/kalori pada anak balita dapat dilakukan dengan rumus:
a. Keb. energi = 1000 + (100 x usia dalam tahun)
b. Keb energi usia 1-3 tahun = 100 kalori/kg BBI
Keb energi usia 4-5 tahun = 90 kalori/kg BBIKebutuhan protein adalah sebesar 10% dari total kebutuhan energi sehari, dapat dihitung : (10% x Total Energi Harian) : 4 = x gramKebutuhan lemak yaitu sebesar 20% dari total energi harian yaitu : (20% x Total Energi Harian) : 9 = x gramKebutuhan karbohidrat adalah sisa dari total (dalam persen) energi harian dikurangi prosentase protein dan lemak.
Contoh perhitungan:
Contoh :
Balita kita berusia 4 tahun, maka BBI nya adalah: (4 thn x2)+8 = 16 kg
Kebutuhan kalori:
100 kal/kg BBI, yaitu 90×16 kg = 1440 kalori/hari
Kebutuhan zat gizi:
Protein 10% dari total kalori = (10% x 1440 kalori) : 4 = 36 gramLemak 20% dari total kalori = (20% x 1440 kalori) : 9 = 32 gramKarbohidrat, sisa dari total kalori dikurangi prosentase protein dan lemak =
(70% x 1440 kalori) : 4 = 252 gram
Di usia ini anak juga butuh kalsium dan fosfor dalam kadar tinggi untuk memperkuat tulang karena anak harus tumbuh semakin tinggi, termasuk untuk pertumbuhan gigi-geliginya. Zat gizi mikro yang dibutuhkan antara lain:
kalsium 500 mgzat besi 9 mgyodium 120 µzinc/seng 10,3 mg
Pembagian Makanan Sehari Diet 1000 kalori 30 gram Protein (untuk batita 2 tahun):
Nasi 3P = 300 gram (2 gelas)Protein hewani 3P = 100 gram ( 2 potong sedang)Protein nabati 2,5P = 75 gram tempe/30 gram kacang hijau (1 potong tempe/2 sendok makan kc.hijau)Sayuran 1,5P = 1250 gram (1 gelas sayuran masak)Buah 3P = +/- 250 gramMinyak 2,5P = 12,5 gram (2 sendok teh)
Namun bila keadaan dengan ketidak cukupan atas nutrisi baik secara macro maupun micro, seperti tersebut sebelumnya dinamakan dengan malnutrisi. Kekurangan gizi adalah masalah ekologi sebagai hasil yang saling mempengaruhi (multiple overlapping) dan interaksi beberapa faktor fisik, biologi dan lingkungan budaya. Jadi jumlah makanan dan zat-zat gizi yang tersedia bergantung pada keadaan lingkungan seperti iklim, tanah, irigasi, penyimpanan, transportasi dan tingkat ekonomi dari penduduk. Di samping itu, budaya juga berpengaruh seperti kebiasaan memasak, prioritas makanan dalam keluarga, distribusi dan pantangan, bagi golongan rawan gizi. Dengan menyadari hal tersebut diatas, dipandang sangat penting untuk melakukan pengukuran ekologi yang dapat menyebabkan malnutrisi di masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi (schrimshaw, 1964). Secara rasional, program yang bersifat preventif sebaiknya diarahkan pada semua faktor yang terlibat dalam kesehatan masyarakat disuatu daerah tertentu.
Dengan menginisiasi optimalisasi pemanfaatan pekarangan melalui konsep Rumah Pangan Lestari (RPL). Dimana rumah penduduk yang mengusahakan pekarangan secara intensif untuk dimanfaatkan dengan berbagai sumberdaya lokal secara bijaksana yang menjamin kesinambungan penyediaan bahan pangan rumah tangga yang berkualitas dan beragam. Apabila RPL dikembangkan dalam skala luas, berbasis dusun (kampung), desa, atau wilayah lain yang memungkinkan, penerapan prinsip Rumah Pangan Lestari (RPL) disebut Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Selain itu, KRPL juga mencakup upaya intensifikasi pemanfaatan pagar hidup, jalan desa, dan fasilitas umum lainnya (sekolah, rumah ibadah, dan lainnya), lahan terbuka hijau, serta mengembangkan pengolahan dan pemasaran hasil.
Prinsip dasar KRPL yang diprakarsai melalui kementerian pertanian adalah:
Pertama, pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan dan dirancang untuk ketahanan dan kemandirian pangan. Kedua, diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal, ketiga, konservasi sumberdaya genetik pangan (tanaman, ternak, ikan), dan keempat, menjaga kelestariannya melalui kebun bibit desa menuju dan kelima, peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.