Oleh: dr. Yanuar Ariefudin (Anggota HELP-S)
Efektifkah ketika negara membebaskan biaya pelayanan kesehatan (Yankes) untuk warga negaranya? Selama ini jika pelayanan kesehatan digratiskan, masyarakat cenderung enggan menjaga kesehatannya. Penderita yang membutuhkan perubahan gaya hidup seperti penderita diabetes mellitus, hipertensi, penyakit jantung koroner dan lain sebagainya bisa saja semakin tidak terkendali karena berdalih layanan kesehatan gratis.
Sakit-sakit ringan pun masyarakat meminta pemeriksaan yang muluk-muluk. Minta pemeriksaan rontgen, pemeriksaan USG, pemeriksaan laboratorium, dan sebagainya. Pemeriksaan penunjang medis demikian yang sebenarnya tidak perlu atau boleh dikata tidak ada indikasinya akan mengakibatkan biaya pelayanan kesehatan membengkak. Ini justru akan menjadi beban APBN.
Edukasi-edukasi untuk kesehatan seolah tidak didengar. Pantangan seperti makanan-makanan dengan kolesterol tinggi, merokok, keteraturan minum obat, olahraga, dan sebagainya menjadi percuma.
Menggratiskan pelayanan kesehatan tanpa disertai perubahan sistem pemerintahan tidak akan menyelesaikan masalah. Dibutuhkan kekuatan pemerintah untuk membantu agar rakyat juga dikondisikan hidup sehat. Sanitasi, higieni, persediaan air bersih, makanan-makanan tidak sehat (campur formalin, borax, pewarna kain, dsb), harus ditindak tegas! Mengapa? Karena ini salah satu penyumbang tingginya angka morbiditas (kesakitan). Kalau tidak, ibarat di jalanan banyak paku, benda tajam atau semisalnya, namun yang dioptimalkan adalah menggratiskan jasa tambal ban. Menggratiskan fasilitas kesehatan menjadi tidak berguna, karena seperti menggratiskan fasilitas tambal ban.
Hanya syariah yang akan menuntaskan permasalahan kesehatan di negeri ini dengan sistem yang berkesinambungan, saling terikat dan satu-satunya sistem yang diridhai Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Mari bersama menggagas sistem kesehatan Islam. Wallahu a’lam.