Oleh: dr. Fauzan Muttaqien (Sekjend HELP-S)
Hari AIDS Sedunia? Apa? Maksudmu suatu hari dimana sedunia mengidap AIDS?
Na’udzubillah……. Jelas saya menolak keras. Kalau sedunia pada mengidap AIDS, berarti saya sebagai makhluk resmi dunia termasuk juga dong. Nggak, nggak… pokoknya saya nggak setuju ada hari AIDS sedunia!
Untungnya, si La Ode, yang mengaku sebagai editor buku ini buru-buru menghibur. “Nggak kok, Kin, yang namanya hari AIDS sedunia itu adalah seremonial memperingati penyakit AIDS.”
Oookkhhh….., mulut saya mendesah, monyong, tanda mulai mengerti.
“Terus apa salahnya?” tanya saya.
“ya, salah dong…. Itu kan bagian dari hari-hari maksiat cinta.” Jawab si La Ode
“Lho, apa hubungannya.. ngarang aja, kan cuma memperingati, mengingatkan tentang bahaya AIDS? Kenapa jadi disalahkan?” cecar saya.
“Ya, pokoknya salah lah…” jawab dia sekenanya
“Lha pertanyaannya, kenapa kalau tahu salah bukan kamu sendiri yang menulisnya, beres kan” tolak saya. “Jangan saya ah, saya kan masih muda dan cakep……”
“Tapi….”
“La Ode….!” Jerit saya.
“Akin…!” balasnya tak kalah sengit.
Dan mata kami bertatapan tajam. Singkat cerita benih-benih cinta pun bersemi di antara kami.
Idihhh… amit-amit….. saya menyerah! Oke, saya bikin……
………………………………
Mari kita mulai dengan pengertian AIDS. Kabarnya dia adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome. Yah, sederhananya artinya adalah sindroma dimana daya tahan tubuh manusia mengalami kelemahan. Normalnya, orang sehat nyantai aja menghadapi virus-virus dan bakteri yang berlari-lari berkejar-kejaran di sisi-sisi tubuh kita. Tapi, orang dengan AIDS karena daya tahan tubuhnya lemah, nggak memiliki tameng. Maka virus yang nggak berbahaya aja bisa menjangkiti dan bikin penyakit ke dia.
AIDS munculnya tidak instan seperti penyakit-penyakit lain. Gak kaya hari ini kalian makan nasi basi, beberapa jam kemudian kalian sudah e’e tidak karuan. AIDS diawali dengan penularan virus HIV, dan proses dari terinfeksinya sampai munculnya gejala AIDS bisa sampai sepuluh tahun lamanya. Jadi pengidap yang divonis HIV positif seperti menunggu bom waktu, kapan dia menjadi penderita AIDS. Hingga ketika bom itu meledak, dia tinggal menunggu waktu, kapan Izrail menjemputnya…. Hiii, kebayang kan bagaimana sakitnya… ya… sakitnya tuh di sini…… sakitnya tuh di sini.. (kalian boleh saja ikut bergoyang, sambil membacanya. Saya sih nggak.. sori ya..)
Nah, yang hebohnya sebenarnya adalah asal muasal kenapa seseorang menderita AIDS. Katanya sih, penyebab yang sering adalah karena hubungan seksual yang gonta-ganti atau lewat suntikan.
Dan…. Oke.. benar! Sesuai tebakan kalian. Kesimpulannya, penyebab wabah AIDS muara-muaranya adalah pada penyimpangan, baik itu akibat sex bebas atau penggunaan narkotika terutama jenis suntikan.
Maka, marilah kita merenung sejenak, sembari diiringi lagu Ebiet G Ade berikut ini…
Du du du… du… du
Du du du du… hooo..
Mungkin alam mulai bosan bersahabat dengan kita
Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang…
Hooo… hooo….
Ya, alam sudah tidak bersahabat dengan kita. Sehingga virus HIV yang awalnya berkembang dari monyet kini dipasarkan di jejaring sosial manusia. Lalu bagaimana harusnya kita mencegahnya? Om Ebiet keliru kali ini, rumput bergoyang urung memberikan solusi.
Tak kalah dengan rerumputan, manusia yang saudara-saudaranya mengidap bencana HIV/AIDS ini pun ternyata gagal memberikan solusi. Lihatlah solusi yang diberikan oleh mereka:
HIV/AIDS, kata mereka dicegah penyebarannya dengan program ABCD, yakni:
A = Abstain, Jangan melakukan seks, terutama hubungan seksual berisiko.
B = Be faithful, Jadilah pasangan yang setia. Kalau Anda punya istri, suami atau pacar, ya sudah satu saja, nggak usah ganti-ganti.
C = Condom, Jika hubungan seks tersebut adalah seks yang berisiko kehamilan atau penularan penyakit, maka pakailah kondom.
D = Drug, Jauhi drug (obat-obatan terlarang), baik drug telan yang dapat menyebabkan gairah seks meningkat seperti ekstasi, atau drug suntik yang menularkan langsung penyakit dari alat suntiknya.
E = Equipment, Jangan bergantian atau berbagi menggunakan alat seperti jarum suntik atau alat potong kuku, tato atau alat-alat lainnya yang dapat berhubungan dengan darah
Hmmfhhh,
Dan inilah yang melulu dikampanyekan sebagai solusi.
Nggak salah nih? Perhatikan sobat..solusi macam apaan? Solusi ABC yang ada malah legalisasi seks bebas. Memang, di urutan pertama adalah ajakan untuk tidak melakukan seks beresiko. Tapi selanjutnya adalah pembenaran, bila anda tidak sanggup, ya sudah.. boleh seks, tapi yang setia. Nggak mesti suami istri, sama pacar boleh, tapi yang setia yach…
Aye nggak sanggup bang….
Yo wess, kalau gitu, nggak papa, boleh berzina ganti-ganti, tapi jangan lupa pakai kondom ya… Idiihh…
Dasar orang-orang liberal radikal. Kalau nggak bisa ngasih solusi, jangan asal lahhh… tanya yang lebih tahu.
… Maka, ketika rumput bergoyang gagal memberi jawab, saat kaum liberal malah memberi solusi ngaco… saya pun menengadah, mencari tahu kepada Allah yang MahaTahu.
Allah berfirman dalam ArRuum 31:
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”
Sungguh, wabah ini adalah akibat penyimpangan yang dilakukan manusia, maka Allah meminta kita kembali ke jalan yang benar… syariatNya.
Bagaimanakah syari’at Islam memberikan solusi? Ustadz saya menuturkan, pada dasarnya ada 3 pilar penerapan aturan Islam, termasuk dalam hal pencegahan HIV/AIDS.
Pilar pertama, ketaqwaan individu. Setiap individu hendaknya memupuk keimanan dan ketaqwaan dalam dirinya. Bila taqwa telah bersemayam, maka harusnya tak ada tempat bagi HIV menghinggap.
Tentu itu tak cukup.. karena tak semua individu akan bertaqwa. Ada saja keinginan maksiat. Maka dalam islam ada pilar kedua, yakni kontrol sosial melalui amar makruf nahi munkar. Masyarakat islam adalah masyarakat yang tidak rela ada individu di samping-sampingnya terjerumus dalam kenistaan.. maka perangkat yang bernama amar makruf nahi munkar adalah senjata yang membasmi HIV/AIDS yang masih saja nakal bertebar.
Tak cukup itu, untuk membersihkannya, dan membuat tameng agar HIV/AIDS kapok maka ada pilar yang ketiga, yakni penerapan aturan oleh negara. Negara yang peduli akan keshalehan rakyatnya. Negara yang menjaga kesehatan rakyatnya, lahir batin, taat pada aturan Allah, yang hanya menerapkan syariat Allah.. dengan model seperti ini, jangan harap penyakit AIDS betah berada di dalamnya.
……………………
Kembali kepada pertanyaan, layakkah kita memperingati hari AIDS sedunia..
Sebenarnya, tidak ada salahnya kan menentukan suatu hari untuk mengingatkan tentang bahaya penyakit yang katanya belum ada obatnya itu. Sebagaimana, juga ada hari Jantung sedunia, hari stroke sedunia, hari kanker sedunia. Jadi ketika ada hari AIDS sedunia, ya nggak apa-apa kan?
Nggak papa. Andai perlakuan hari itu seperti perlakuan terhadap hari stroke sedunia atau hari jantung sedunia. Tujuan memperingatinya adalah untuk mengingatkan masyarakat dunia tentang bahaya penyakit tersebut, sehingga masyarakat dunia bisa menghindarinya.
Sayangnya, justru peringatan hari AIDS sedunia bukan memberikan solusi, namun muatan yang ada ialah legitimasi untuk lebih menyemarakkan lagi AIDS dengan solusi legitimasi pergaulan bebasnya.
Betul, AIDS berbahaya. Betul juga para penderitanya tidak boleh mendapatkan perlakuan diskriminatif. Tapi tetap saja kita muak dengan perilaku maksiat mereka.
Ya, AIDS memang berbahaya. Tapi maksiat pada Allah dengan perilaku zina jauh lebih berbahaya, karena menghantarkan pada murkanya.
Ya, kita kampanyekan usaha penanggulangan AIDS. Tapi bukan dengan cara itu juga keleesss..
Lalu dengan cara apa?
Aha… kalian cukup cerdas my bro.. seperti yang disampaikan di atas,
“Kampanyekan penegakan syari’at Islam untuk menanggulangi HIV-AIDS”
Maksiat sirna, berangsur HIV-AIDS akan menjadi penyakit langka.
Hingga, penyakit ini suatu saat akan kita kenang hanya sebagai sejarah.
…Dan tak perlu lagi ada peringatan hari AIDS sedunia.