Oleh: dr.Tuti Rahmayani (Anggota HELP-S)
Pengungkapan jaringan prostitusi gay oleh media massa beberapa waktu yang lalu, membuat para orang tua semakin khawatir akan masa depan anaknya. Dulu punya anak perempuan, khawatir jadi korban perkosaan. Sekarang punya anak laki-laki pun ikut khawatir anaknya menjadi korban pedofilia, sodomi dan juga prostitusi gay ini.
Diberitakan juga bahwa banyak korban prostitusi gay adalah anak dibawah umur. Sungguh sangat memprihatinkan.
Berawal dari kondisi ekonomi tidak mampu, anak-anak yang masih lugu ini “ditawarkan” lewat media sosial. Anak-anak yang seharusnya steril dari pengalaman seksual,apalagi seksual yang menyimpang yaitu homoseksual, dipaksa merasakan pengalaman seksual di usia yang masih sangat muda. Anak-anak korban prostitusi ini, bisa jadi awalnya karena motif ekonomi, namun lama-lama dia mendapatkan kenikmatan seksual, dan menjadi gaya hidup. Terlebih lagi, besar kemungkinan di kemudian hari si korban menjadi si pelaku. Inilah bentuk penularan dari “virus” LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender) ini.
Mengapa LGBT semakin eksis di masyarakat kita yang religius ini?
Karena yang dijadikan standar benar salah bukan wahyu (syariat) tetapi hawa nafsu manusia atas nama kebebasan dan HAM. Asal bermanfaat dan mendapatkan kenikmatan, maka akan dilakukan. Tak peduli halal haram, maksiat atau bukan. Pembiaran dari masyarakat pun turut andil dalam membesarkan komunitas ini. Rasa cuek dan individualis telah mengalahkan rasa kegotongroyongan dan kepedulian yang menjadi karakter asli bangsa ini. Inilah sebenarnya yang menjadi musuh bersama kita. Nilai-nilai sekulerisme dan kebebasan dari Barat telah mencabut karakter luhur bangsa ini yang religius dan taat beragama. Akhirnya masyarakat menjadi rusak dan bahkan mencapai derajat yang lebih rendah dari hewan. Naudzubillahi min dzalik. Selamatkan generasi dan masa depan.. Say no to LGBT!