Apakah Transmisi Kontak Terjadi di Ruang Operasi dengan Jubah?

Share

Oleh: dr. Muhammad Amin (Ketua Kajian Strategis HELP-S)

 

Pendahuluan

Penyakit infeksi terjadi apabila ada mikroorganisme di tempat yang biasanya steril dan mendapat respon secara imunologi oleh tubuh sehingga mengakibatkan kerusakan host dan atau perubahan fisiologi dan diikuti gejala klinik (Relman and Falkow, 2010). Mikroorganisme tersebut bisa berupa bakteri, virus, maupun jamur. Perpindahan mikroorganisme ke tempat infeksi dapat melalui kontak langsung dan tak langsung, droplet, airborne, vehiculum, dan vektor (Depkes RI, 2008).

 

Health Care Associated Infections  (HAIs)

Perawatan pasien di rumah sakit bukannya tanpa risiko infeksi. Infeksi dapat terjadi terkait dengan peralatan yang digunakan pada prosedur medis semacam kateter dan ventilator  (CDC, 2014). Infeksi yang terjadi selama perawatan dapat merupakan HAIs. HAIs atau infeksi nosokomial atau infeksi yang didapatkan di rumah sakit adalah infeksi yang didapatkan atau masa inkubasinya bukan pada saat pasien Masuk Rumah Sakit (MRS), biasanya terdapat klinik infeksi setelah 2×24 jam setelah MRS.

 

Ada 4 kelompok besar HAIs yaitu

  1. Infeksi Daerah Operasi IDO
  2. Infeksi aliran darah sentral
  3. Ventilator Associated Infection (VAP)
  4. Catheter Associated-UTI

 

Isu utama dalam hal busana ruang bedah adalah pemutusan rantai penularan transmisi mikroorganisme penyebab infeksi. Dengan memahami transmisi mikroorganisme hal ini dapat dimengerti apa saja yang seharusnya menjadi perhatian dan apa yang tidak.

 

Dengan bertindak membatasi hal yang penting terkait transmisi mikroorganisme, HAIs bisa diminimalisir. Alat pelindung diri agar tidak terjadi penyebaran agen infeksius dari petugas ke pasien dan sebaliknya (Depkes RI, 2008):

  1. Masker bedah dapat dipakai secara umum untuk petugas RS untuk mencegah transmisi melalui partikel besar dari droplet saat kontak erat (<1 m) dari pasien saat batuk/bersin maupun saat berbicara. Masker dipakai selama tindakan yang menimbulkan aerosol walaupun pada pasien tidak diduga infeksi
  2. Gaun (bersih, tidak steril) untuk melindungi kulit, mencegah baju menjadi kotor, kulit terkontaminasi selama prosedur/merawat pasien yang memungkinkan terjadinya percikan/semprotan cairan tubuh pasien

Gawn untuk ruang operasi di mana sistem pertahanan pasien terganggu dengan adanya irisan pada kulit dan atau mukosa dapat melindungi pasien dari penyebaran mikroorganisme yang berasal dari tenaga kesehatan. Gawn dipilih berdasarkan pada jenis tidankan yang dilakukan dan perkiraan jumlah cairan yang mungkin akan dihadapi. Bila gaun tembus cairan, perlu dilapisi apron tahan cairan mengantisipasi semprotan/cipratan cairan infeksius. Gaun dilepas segera setelah tidak diperlukan, dan tangan segera dicuci untuk mencegah transmisi mikroba ke pasien lain ataupun ke lingkungan.

Gawn dikenakan saat merawat pasien infeksi yang secara epidemiologik penting semacam flu burung, dan harus dilepaskan saat akan keluar ruang pasien. Gaun tidak dipakai ulang walaupun untuk pasien yang sama dan dan bukan indikasi pemakaian rutin masuk ke ruang risiko tinggi seperti ICU, NICU.

 

Klasifikasi sterilisasi

Spaulding membuat kriteria disinfeksi peralatan medis ke dalam (Rutala W.A., et al., 2008)

  1. Critical use items: peralatan yang dimasukkan ke dalam kompartemen tubuh yang seharusnya steril: vaskuler, jantung, dan saluran kemih. Peralatan harus steril dari mikroorganisme. Sterilisasinya dengan cara pemanasan/ steam jika memungki kan. Jika tidak, dapat disterilisasi dengan Hidrogen Peroxida gas plasma, atau dengan cairan kimia. Yang dapat digunakan: >2.4% glutaraldehyde, 0.95% glutaraldehyde dengan 1.64% phenol/phenate, 7.5% hidrogen peroxida stabil, 7.35% hidrogen peroxida dengan 0.23% asam peracetat, 0.2% asam peracetat, dan 0.08% asam peracetat dengan 1.0% hidrogen peroxida.
  2. Semicritical items: peralatan yang dimasukkan ke dalam mukosa atau kulit yang tidak utuh: terapi respiratori, peralatan anestesi, endoskop, laringoskop tajam, probe manometer esofagus, dan kateter manometer anorektal. Peralatan ini harus steril dari mikroorganisme kecuali spora. Sterilisasinya minimal dengan menggunakan desinfektan kimia: Glutaraldehid, hidrogen peroxida, ortho-phthalaldehyde, dan asam peracetat dengan hidrogen peroxida
  3. Noncritical items: peralatan yang kontak dengan kulit utuh dan bukan mukosa semisal baju tenaga kesehatan, manset tensimeter, meja dan furnitur di dekat pasien, dan lantai. Untuk peralatan ini cukup dibersihkan dnegan menggunakan low level desinfectan.

Efectivitas disinfektant ini melawan bakteri bentuk vegetative ( Listeri spp a, Escherichia coli, Salmonella spp, vancomycin-resistant Enterococci, methicillin-resistant Staphylococcus aureus), yeasts (Candida), mycobacteria (Mycobacterium tuberculosis), dan virus (poliovirus) membutuhkan waktu kontak 30–60 detik .

 

Mikroorganisme yang ada di udara dapat berasal dari sisik kulit yang berjatuhan ke lantai. Untuk mengurangi hal ini dapat digunakan celana panjang yang ujungnya tertutup dengan sepatu boot misalnya. Reduksi mikroorganisme di udara akan lebih baik lagi jika selain menggunakan celana yang ujungnya dimasukkan ke dalam sepatu boot juga dilapisi dengan gawn di luarnya (Bernard et al., 1965). Jadi jika jubah sebagai pakaian syar’i bagi muslimah  dikenakan di ruang bedah asalkan di dalamnya diberi celana panjang yang ujungnya dimasukkan ke dalam sepatu boot maka akan lebih mampu mereduksi mikroorganisme di udara di ruang bedah.

 

Selain dari sisik kulit, mikroorganisme dapat berasal dari rongga mulut dan hidung pada saat bernafas, berbicara, batuk, dan bersin .

Semoga dengan tulisan yang sederhana ini dapat menjadi bahan pertimbangan.

 

Daftar pustaka

CDC, 2014. Types of Healthcare-associated Infections. Diunduh dari https://www.cdc.gov/hai/infectiontypes.html pada 28 Desember 2016

Bernard HR, Speers R, O’Grady F, et al., 1965. Reduction of disseniation of Skin Bacteria By Modification of Operating Room Clothing And By Ultraviolet Irradiation. In The Lancet pp.458-62

Depkes RI, 2008. Konsep dasar penyakitinfeksi. Di Pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi di Rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya: Kesiapan menghadapi emerging infectious disease. Hal.1-1 sd 1-4.

Relman DA and Falkow S, 2010. A Molecular Perspective of Microbial Pathogenicity. In Mandell, Douglas, and Bennetts Principles and Practice of infectious diseases 7th ed pp.3-13

Rutala W.A., Weber D. J., HICPAC, 2008. Guideline for Disinfection and Sterilization in Healthcare Facilities. Department of Health and Human Services USA, CDC.

 

Read more

Local News