Roadshow HELPS Ngawi : “Dalam Islam Negara Wajib Melayani Kesehatan Secara Cuma-Cuma”

0
1242

Ngawi, helpsharia.com – Apa yang dialami sistem pembiayaan kesehatan di Indonesia berupa defisit anggaran dan rencana menambah porsi pembiayaan bagi penderita penyakit katastropik sebagaimana banyak dilansir media massa menarik HELPs untuk ikut memberikan solusi. Hal ini terangkum dalam agenda road show 20 kota se Indonesia. Pada rangkaian road show di Kabupaten Ngawi, sabtu, 25 november 2017, HELPs bekerja sama dengan IDI Cabang Ngawi dan RSI Attin Husada mencoba untuk mengenalkan sistem kesehatan Islam ke kalangan profesional kesehatan di Ngawi dan sekitarnya.

“Ada hal positif di era sekarang, diantaranya keharusan adanya Panduan Praktek Klinik (PPK) yang based on evidence base, rujukan berjenjang, dan akreditasi rumah sakit”, papar dr.Dony, pembicara pertama seminar, saat menjelaskan beberapa hal yang sedang dialami BPJS dewasa ini. Dokter yang berdinas sebagai Kepala Puskesmas ini tidak menampik adanya kekurangan di sana-sini semisal adanya system besaran klaim Ina-CBGs yang kerap kali tidak menyelesaikan kasus secara tuntas ketika terjadi kebutuhan dana yang meningkat.

Pembicara kedua, dr.M Amin,SpMK, ketua kajian strategis HELPS, kemudian menjelaskan bahwa ada titik pembeda antara sistem kesehatan Islam dengan selain Islam yang selama ini digunakan di Negara Indonesia. “Ilmu kesehatan dalam arti cara menyehatkan orang sakit dan mempertahankan sehat orang yang sudah sehat, tak ada perbedaan antara Islam dengan selain Islam, dalam hal ini kapitalisme. Jika seorang muslim perlu antibiotik untuk penyakit infeksi, maka demikian pula seorang kapitalis. Jika seorang kapitalis perlu mencuci tangan sebelum makan, maka demikian pula seorang muslim. Yang berbeda antara Islam dengan kapitalis adalah dalam hal distribusi pelayanan kesehatan. Dalam Kapitalisme, untuk mendapatkan antibiotik, rakyat harus membeli. Untuk konteks JKN rakyat harus membayar premi. Sedangkan dalam Islam negara berkewajiban memberikan antibiotik kepada rakyatnya secara cuma-cuma”.  Menurutnya, sistem ini lahir dari keyakinannya sebagai seorang muslim yang wajib mengikuti petunjuk rasulullah SAW. “Dibutuhkan jumlah dana yang tak sedikit untuk memberikan pelayanan kesehatan bermutu tinggi dan tidak diskriminatif serta gratis. Untuk menjalani system kesehatan yang rahmatan lil alamin ini, Islam menopangnya dengan system ekonomi dan system pendidikan. Dari sistem ekonomi, Negara akan mendapat pasokan dana yang cukup besar untuk mencukupi kebutuhan kesehatan seluruh rakyat Indonesia. Dalam pandangan Islam, mineral batu bara dan hutan adalah milik rakyat, bukan milik pribadi atau bukan pula milik Negara. Negara hanya sebagai pihak pengelola dan hasilnya digunakan untuk melayani rakyat, termasuk di bidang kesehatan. Dari sektor mineral-batubara, Indonesia berpotensi mendapatkan dana lebih dari Rp.600T, sedang dari hutan potensinya lebih dari Rp.1.000T. Dengan dana sebesar ini Negara kita akan dapat berbuat lebih banyak sebagaimana amanah syariah Islam, sehingga persoalan yang timbul seperti defisit anggaran dan kehabisan jatah dana Ina-CBGs insya Allah tak pernah terjadi lagi. Dari bidang pendidikan yang diberikan negara kepada rakyatnya secara cuma-cuma, akan tersedia SDM yang selain mumpuni di bidang kesehatan juga memiliki tingkat keimanan dan ketakwaan yang bagus. Dengan kualifikasi seperti ini insan kesehatan akan bersama memberikan layanan yang terbaik buat rakyat. Orientasinya bukan semata mengejar materi, namun lebih pada pengabdian kepada Allah”.

Amin mengakhiri penjelasannya dengan ajakan untuk mempelajari secara serius sistem ini dan sekaligus mensosialisasikannya kepada khalayak agar dapat keluar dari persoalan yang selama ini melilit dunia kesehatan di tanah air.

Acara diakhiri dengan mini workshop deteksi dini pasien kritis oleh dr.Heru,SpAn. Dokter salah satu Rsu pelat merah ini dengan piawai menjelaskan pentingnya deteksi dini pada penderita gawat darurat agar dapat memperbaiki outcome dan tindakan life saving pada pasien gawat-darurat.

LEAVE A REPLY