Peran Ibu Dalam Menjaga Kesehatan Keluarga

0
3583

Oleh: Najmah Saiidah (Lajnah Tsaqafiyah DPP MHTI)

Nabi saw. pernah bersabda, “Mintalah oleh kalian kepada Allah ampunan dan kesehatan. Sesungguh-nya setelah nikmat keimanan tak ada nikmat yang lebih baik yang diberikan kepada seseorang selain nikmat sehat.” (HR Hakim).

Hadis ini telah memberikan penjelasan, bahwa Islam memberikan perhatian yang sangat luar biasa terhadap kesehatan. Hal ini tampak saat Islam menyandingkan kesehatan dengan keimanan, nikmat keimanan dan nikmat kesehatan. Rasulullah saw. juga bersabda yang artinya, “Orang Mukmin yang kuat itu lebih baik dan disukai Allah daripada Mukmin yang lemah.” (HR Muslim).

Peran Ibu

Islam telah sangat jelas mengatur bahwa negara bertanggung jawab dalam menjaga kesehatan rakyatnya. Namun, Islam pun memberikan tatacara individu rakyat untuk menjaga kesehatannya berdasarkan syariah. Ayah dan ibu memiliki peran yang penting dalam menjaga kesehatan anggota keluarganya, terutama ibu, karena tugasnya sebagai ummu wa rabbatul-bayt. Ibu berperan besar dalam menjaga kesehatan keluarganya sebagaimana telah diatur oleh syariah di antaranya:

  • Menyusui anaknya sampai si anak berusia dua tahun. 

Siapa pun memahami bahwa ASI adalah makanan terbaik bagi anak, terutama dalam 6 bulan pertama sejak kelahiran sang bayi. Anak membutuhkan asupan gizi yang tepat untuk meningkatkan kemampuan otak mereka dan keterampilan anak sehingga mereka menjadi lebih mahir dalam menghapal atau mengingat sesuatu. Karena itu asupan gizi yang seimbang mestinya sudah tersedia dalam jumlah yang cukup semenjak anak menyusu kepada ibunya dalam bentuk ASI. Pada saat menyusui, seorang ibu juga sesungguhnya sedang membentuk inteligensia dan emosional anaknya. Melalui proses menyusui, terwujud kedekatan antara bayi dan ibu, muncul ikatan emosional antara anak dan ibu. Karena itu tepatlah ketika Islam memerintahkan seorang ibu untuk menyusui bayinya hingga si anak berusia dua tahun (Lihat: QS al-Baqarah [2]: 233).

  • Membiasakan anggota keluarga menjaga kebersihan diri.

Menjaga kebersihan badan merupakan amalan yang baik. Islam memerintahkan kepada kita untuk menjaga kebersihan badan. Rasulullah saw., “Ath-Thuhûru syatr al-îman (Bersuci adalah setengah (sebagian) dari iman.” (HR Ahmad, Muslim dan at-Tirmidzi).

  • Menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal.

Lingkungan tempat tinggal merupakan tempat keluarga berkumpul dan menghabiskan waktu bersama. Lingkungan yang baik adalah lingkungan yang bersih sehingga tidak menjadi sarang kuman dan bibit penyakit yang bisa mengganggu kesehatan keluarga. Kenyamanan untuk berada dalam lingkungan yang bersih dan sehat bisa membuat keluarga lebih harmonis karena dapat membuat seluruh anggota keluarga betah untuk menghabiskan waktu di rumah. Bahkan rumah yang bersih dan nyaman akan memberikan aura yang positif bagi siapa pun. Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah SWT adalah baik dan mencintai kebaikan, bersih dan mencintai kebersihan, mulia dan mencintai kemuliaan, dermawan dan mencintai kedermawanan. Karena itu bersihkanlah halaman rumahmu dan janganlah kamu menyerupai orang Yahudi.” (HR at-Tirmidzi).

  • Menanamkan perilaku hidup sehat kepada seluruh anggota keluarga sejak dini.

Islam memerintahkan kita untuk menjaga kebersihan. Islam pun menganjurkan kita untuk hidup sehat. Kebiasaan hidup sehat tidak muncul begitu saja, tetapi merupakan perilaku yang harus ditanamkan sejak anggota keluarga masih kecil. Di sinilah ibu memiliki peran yang sangat besar.

Islam telah memerintahkan kepada orangtua untuk mengkhitan anak-anaknya, menganjurkan untuk makan tidak berlebihan sehingga kekenyangan. Islam melarang kita untuk makan dan minum sambil berdiri dan sebagainya. Di sinilah pentingnya peran ibu untuk membiasakan hidup sehat kepada anak-anaknya. Rasulullah saw. bersabda, “Janganlah kalian minum sambil berdiri. Siapa lupa sehingga minum sambil berdiri maka hendaklah ia berusaha untuk memuntahkannya.” (HR Ahmad).

Beliau pun bersabda, “Tidaklah anak Adam memenuhi wadah yang lebih buruk dari perut. Cukuplah bagi anak Adam memakan beberapa suapan untuk menegakkan punggungnya. Namun, jika ia harus (melebihinya), hendaknya sepertiga perutnya (diisi) untuk makanan, sepertiga untuk minuman dan sepertiganya lagi untuk bernafas.”

  • Menyediakan makanan yang halal, baik dan bergizi bagi anggota keluarganya.

Membuat dan menyediakan makanan yang sehat, bergizi dan tetap enak untuk dinikmati serta sesuai dengan standar dari pola hidup sehat merupakan amalan yang disukai Allah SWT. Apalagi jika dalam anggota keluarga tersebut terdapat anak kecil atau orangtua yang membutuhkan makanan khusus sesuai dengan umur dan kondisi tubuh mereka (Lihat: QS al-Baqarah [2]: 172).

  • Memiliki pengetahuan tentang pengobatan walaupun sedikit.

Hal ini penting terutama berkaitan dengan pertolongan pertama. Ibu juga harus memiliki keyakinan yang kuat bahwa Allahlah Yang Maha Penyembuh (QS asy-Syu’ara [26]: 80) serta memahami bahwa berobat adalah sunnah hukumnya. Rasul saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah menurunkan penyakit dan obatnya serta menjadikan setiap penyakit pasti ada obatnya. Karena itu berobatlah kalian, tetapi jangan dengan yang haram.” (HR Abu Dawud).

Penutup

Demikianlah, Islam memerintahkan orangtua, terutama ibu, untuk berperan dalam menjaga kesehatan keluarganya. Kondisi ini akan bisa terlaksana dengan baik ketika sistem Islam diterapkan secara sempurna dalam institusi Khilafah.

Sayang, kondisi kita saat ini sangat jauh dari ideal karena saat ini kita hidup dalam sistem kapitalis yang bertentangan dengan Islam. Sistem kapitalis memandang bahwa kesehatan bukan hak setiap individu, melainkan menjadi hak istimewa bagi seseorang yang sanggup membayar biaya kesehatan. Negara tidak berfungsi sebagai penjamin kebutuhan rakyat. Negara hanya perantara bagi penyedia layanan kesehatan untuk dijual. Karena itu biaya dokter tinggi, harga obat mahal, biaya pengadaan dan pemeliharaan alat-alat dan sarana kesehatan dibebankan kepada konsumen. Layanan kesehatan menjadi diskriminatif, bukan lagi menjadi hak bagi setiap orang. Mereka yang miskin tidak akan sanggup membayar layanan kesehatan yang berkualitas. Pada akhirnya rakyat dibiarkan untuk menanggung kesehatan keluarganya.

Bagaimanapun kesehatan merupakan hal yang penting bagi siapapun. Karena itu Islam menempatkan pelayanan kesehatan sebagai hak setiap warga negara. Oleh karena itu, ketika saat ini negara abai terhadap pelayanan kesehatan bagi rakyatnya, maka kesulitanlah yang dialami oleh rakyatnya, baik individu maupun keluarga.

Seorang ayah maupun ibu dalam keluarga tentu saja tidak bisa untuk tidak peduli akan kondisi kesehatan anak-anaknya atau anggota keluarga yang lainnya. Seorang ayah maupun ibu tidak akan leluasa menjalankan perannya sebagai orang yang bertanggung jawab bagi kesehatan anggota keluarganya saat negara menyerahkan seratus persen urusan kesehatan rakyat kepada individu.

Karena itu tidak ada alasan lagi untuk tetap melanggengkan penerapan sistem kapitalis yang telah menyengsarakan rakyatnya karena pengabaian mereka terhadap urusan rakyat. Tidak ada pilihan lain kecuali segera berusaha menegakkan Khilafah yang melayani kebutuhan asasi rakyatnya dengan cuma-cuma dan berkualitas. Hidup dalam naungan Khilafah adalah pilihan logis selain menjadi kewajiban bagi umat untuk mewujudkannya.

WalLâhu a’lam bi ash-shawwâb. [Najmah Saiidah; (Lajnah Tsaqafiyah DPP MHTI)]

Artikel asli dapat dilihat di sini.

LEAVE A REPLY