sumber gambar : https://natashanafrini.medium.com/you-2341ea09a4f5#_=_
Oleh : dr. H. Fauzan Muttaqien, Sp.JP
Alhamdulillah, bulan Ramadhan tahun ini telah berhasil kita lewati, meski masih dalam suasana pandemi. Serangkaian ibadah pada bulan Ramadhan kita jalani, mulai dari puasa, tarawih, infaq sadaqah, tadarrus, mengkaji ilmu Islam, itikaf di masjid dan lainnya. Lebaran pun telah usai. Kita akhirnya kembali kepada rutinitas kita seperti sebelum Ramadhan. Namun yang menjadi pertanyaan akankah Ramadhan ini hanya menjadi rutinitas tahunan, sebuah seremonial yang kemudian berlalu begitu saja?
Tentang ini, Imam Bisyr bin Al-Harits Al-Hafi pernah ditanya mengenai orang-orang yang sungguh-sungguh dan rajin ibadah hanya di bulan Ramadhan, maka beliau menjawab,
“Mereka adalah seburuk-buruk kaum, karena tidak mengenal Allah kecuali hanya di bulan Ramadhan. Sesungguhnya hamba yang saleh adalah yang rajin dan sungguh-sungguh dalam ibadah dalam setahun penuh.” (Lathaiful Ma’arif, Ibnu Rajab al-Hambali, 313)
Ramadhan memang bulan ketaatan, tetapi bulan-bulan setelah Ramadhan justru adalah bulan keistiqamahan dalam ketaatan. Imam Nawawi menjelaskan makna istiqamah adalah luuzumu tha’atillah, yaitu tetap konsisten dan konsekuen dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah ta’ala. Karena itu seyogyanya kita tetap taat kepada Allah dan selalu meningkatkan amal shalih meskipun diluar bulan Ramadhan.
Tentang istiqamah, tahukah anda, bahwa ada sebuah organ di tubuh kita yang senantiasa istiqamah melakukan aktivitasnya 24 jam seumur hidup kita sejak tubuh kita masih dalam rahim hingga akhir hayatnya? Organ tersebut adalah jantung. Jantung, sebagai organ yang bertanggung jawab memompa darah ke seluruh tubuh tidak pernah berhenti melakukan aktivitas kontraksi. Ketika otot rangka beristirahat, ketika mata terpejam, ketika otak rileks sejenak, otot otot jantung kita Istiqamah, terus menerus bekerja.
Maka mari sejenak kita belajar tentang istiqamah kepada organ jantung kita:
1. Otot yang kuat namun otonom
Otot jantung memiliki sifat istimewa, gabungan dari otot rangka dan otot polos. Kombinasi dari sifat kemandirian otot polos dan kekuatan otot rangka menghasilkan performa otot jantung yang kuat namun mandiri.
Seorang muslim yang bertaqwa mesti ‘kuat’ dalam ketaqwaannya. Taqwa bukanlah hal yang mudah. Dia memerlukan energi Iman yang prima untuk bisa istiqamah dalam ketaqwaannya. Selain itu dia mesti otonom. Istiqamah dalam beramal dihasilkan oleh keimanan. Beramal bukan karena terpengaruh lingkungan sekitar, motif ekonomi, popularitas, atau sekedar ikut-ikutan.
2. Nodus SA yang teratur menghasilkan irama
Kunci dari kerja tanpa henti jantung adalah keberadaan sistem kelistrikannya yang unik. Impuls listrik jantung diawali dari cetusan listrik oleh nodus sinoatrial (SA) yang kemudian diteruskan ke kabel-kabel konduktor hingga ke otot-otot jantung. Nodus SA menghasilkan irama secara teratur dan terus menerus.
Belajar dari jantung, kita diajak untuk beramal secara teratur dan terus menerus. Nabi Muhammad SAW pernah berkata, ” Perbuatan yang paling dicintai Allah adalah yang dilakukan secara teratur, bahkan jika itu kecil.” ( HR Bukhari)
Dari Aisyah radliallahu ‘anha bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Kerjakanlah suatu amalan itu sesuai dengan kemampuan kalian, karena Allah tidak akan bosan sehingga diri kalianlah yang bosan, sesungguhnya amalan yang paling di cintai Allah adalah yang di kerjakan secara terus menerus walaupun sedikit.” apabila beliau mengerjakan suatu amalan, beliau akan mengerjakannya secara rutin.” (HR Abu Daud).
3. Listrik dari satu tempat akan merangsang tercetusnya listrik di tempat yang lain
Sifat lainnya dari otot jantung adalah kemampuannya untuk menghantarkan listrik. Apabila satu tempat di jalur konduksi jantung mengalami ‘depolarisasi’ atau perubahan listrik, maka dia akan meneruskannya ke tempat tempat di sampingnya.
Amal yang saleh begitu pula, dia akan merangsang tercetusnya amal-amal saleh yang lain.
Seorang salaf berkata, “Sesungguhnya ganjaran perbuatan baik adalah (mendapat taufiq Allah) melakukan kebaikan lagi setelahnya. Maka barang siapa yang mengerjakan amal kebaikan, lalu dia mengerjakan amal kebaikan lagi setelahnya, maka itu merupakan tanda diterimanya amal kebaikan yang pertama.” (Lathaiful Ma’arif, Ibnu Rajab al-Hambali, 311)
Amal shaleh membaca alquran akan merangsang pengamalnya untuk melaksanakan qiyamul lail. Qiyamul lail akan merangsang untuk melaksanakan shadaqah, shadaqah akan merangsang untuk menolong orang lain. Menolong orang lain akan mencetuskan amal dakwah. Begitu seterusnya.
4. Nutrisi tanpa henti dari koroner
Kelistrikan jantung bisa berjalan, otot jantung bisa berkontraksi, tidak lepas dari peran darah yang dialirkan oleh pembuluh koroner ke sel-sel jantung. Darah ini mengandung nutrisi yang dibutuhkan oleh sel-sel jantung agar senantiasa hidup.
Nutrisi dari amal adalah ilmu. Salah satu kunci dari istiqamah dalam beramal shalih adalah senantiasa menuntut ilmu. Rasulullah bersabda: “Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim, no. 2699)
dalam Alqur’an, kata ilmu dan padanannya didapati sejumlah 780 kali. Ini menunjukkan betapa pentingnya kedudukan ilmu. Bahkan dalam QS AlMujadalah: 11 Allah berfirman yang artinya : “..niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
5. Ketaatan dari jantung
Karakter berikutnya dari jantung adalah ketaatan. Otot jantung taat, ketika dia diberikan impuls listrik maka dia tunduk, melakukan kontraksi. Katup jantung taat, ketika ada dorongan dari darah di atasnya maka dia akan membuka. Daerah-daerah konduksi listrik jantung mulai dari nodus atrioventrikular, berkas his, cabang berkas, hingga serabut purkinje taat mengikuti arahan impuls listrik dari pacu jantung utama, yakni nodus sinoatrial.
Kunci berikutnya dari istiqamah adalah ketaatan. Sekedar ilmu namun tidak taat kepada aturan Allah hanya akan membawa kepada jalan keburukan. Taat pada syariat adalah konsekuensi keimanan. Dengan ketaatan ini akan membawa dia senantiasa mau istiqamah dalam beramal shalih
6. Menghindari blok blok maksiat
Pada beberapa kondisi, kelistrikan jantung bisa mengalami hambatan yang dinamakan sebagai blok konduksi. Karena blok ini maka kerja jantung akan terhambat bahkan bisa mengancam jiwa.
Blok dalam istiqamah adalah maksiat. Seorang muslim hendaknya menjauhi segala dosa dan keburukan. Karena orang yang telah melakukan berbagai amal ibadah diibaratkan seperti orang yang telah merajut dan memintal benang menjadi lembaran-lembaran kain dengan penuh susah payah. Sedang orang yang melakukan kemaksiatan dengan meninggalkan perintah-perintah Allah atau mengerjakan larangan-laranganNya setelah banyak beribadah seperti orang yang mengurai kembali pintalan kain yang telah dirajutnya. Inilah yang disindir Allah dalam firman-Nya yang artinya:
“Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali, kamu menjadikan sumpah (perjanjian) mu sebagai alat penipu di antaramu, disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya dari golongan yang lain.” [QS. An-Nahl: 92]
Al-Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata,
“Diantara pengaruh buruk maksiat adalah menghilangkan amal ketaatan, maka seandainya tidak ada hukuman atas dosa kecuali menghalangi seseorang untuk melakukan amal ketaatan dan memutus jalan untuk melakukan amal ketaatan yang kedua, kemudian putusnya amalan yang kedua adalah dosa yang memutuskan amalan yang ketiga, kemudian keempat dan seterusnya, maka karena dosa terputuslah banyak amal ketaatan.Padalah setiap amal ketaatan tersebut lebih baik daripada dunia dan isinya, maka pelaku maksiat itu seperti orang yang makan suatu makanan buruk yang menyebabkan ia terkena penyakit berkepanjangan, sehingga ia tidak bisa makan berbagai makanan yang lebih baik daripada makanan yang telah menyebabkan ia sakit tersebut. Wallaahul Musta’an.”