sumber gambar : sharingcontent.com
Oleh : Imanda Amalia, SKM, MPH
(Dosen, Helps Syariah, Founder @rumahsyariahinstitute, @khadijahinstitute)
Pernahkan kita membayangkan bila puasa kita saat ini adalah puasa terakhir. Mari kita bersungguh sungguh mengisi ramadan tahun ini dengan semaksimal yang kita mampu, berapa banyak sahabat, saudara kita dipanggil pulang sebelum Ramadan.
Rasulullah menyampaikan kepada para sahabat, Allah SWT telah mewajibkan atas kamu puasa, di dalam bulan Ramadhan dibuka pintu-pintu surga, pintu-pintu neraka dikunci, dan setan-setan dibelenggu. Padanya ada suatu malam yang lebih baik dari 1.000 malam. Barang siapa tidak diberikan kebajikan malam itu, maka sesungguhnya ia telah dijauhkan dari kebajikan.
Rasulullah juga menegaskan orang yang berpuasa memiliki dua kegembiraan, kegembiraan pada saat berbuka dan kegembiraan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Dan sesungguhnya aroma mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada wanginya kasturi
Hadits yang diriwayatkan oleh Ath-Thabrani, Ibn Khuzaimah dan Al-Baihaqi dari Ibn Mas’ud. Rasulullah SAW bersabda, seandainya manusia mengetahui besarnya pahala yang tersedia di bulan Ramadhan, niscaya mereka berharap bulan Ramadhan itu terjadi sepanjang tahun.
Saat Islam datang, kegelapan yang menyelimuti wanita menjadi sirna. Mereka seakan terlahir kembali. Hak-haknya dipenuhi, keberadaannya diperhitungkan, bahkan memiliki peran dakwah dan pembangkit peradaban
Dakwah sangat dibutuhkan umat sehingga umat tidak koma bahkan mati, sebagaimana tubuh membutuhkan darah, jika darah berhenti, tubuh bisa koma bahkan mati. Darah tidak hanya memberikan nutrisi tubuh, mengedarkan oksigen, tapi juga harus mau mengangkut “sampah” karbondioksida tubuh. Demikian juga dengan dakwah semestinya tidak hanya amar ma’ruf tapi juga nahi mungkar.
Dakwah amar ma’ruf mengajak kebaikan sering dipilih kita karena banyak diterima manusia. Tantangan berat, bila kita berjuang lebih fokus pada nahi mungkar kepada khususnya penguasa dzalim. Pahala investasi luar biasa, jika kita berhasil mendakwahkan penguasa dzalim, sehingga diterapkannya hukum Allah SWT dimuka bumi: kasus zina, riba, pembunuhan, dan lain-lain akan dapat signifikan berkurang.
Khadijah Ra, Fatimah Ra, Maryam Ra, Asiah Ra, Aisyah Ra, Ummu `Imarah Nasibah binti Ka`ab, Bila dalam sirah nabawiah berperan sebagai istri shalihah, penyokong dakwah, pendidik bagi anak-anaknnya, jihad di medan perang sesuai dengan bidang yang dikuasai, mitra musyawarah suami, dan pemberdayaan wanita sesuai dengan kodratnya. Demikianlah gambaran penting mengenai peran mujahidah di sirah nabawiah saat ramadan. Semoga setiap wanita Muslimah, mampu meneladani peran para mujahidah
Rasulullah saw bersabda: “Wanita adalah saudara kandung laki-laki.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi). Mereka sama-sama memiliki peluang sama dalam berperan aktif mengaktualisasikan ketaatan pada Allah sesuai dengan kodrat masing-masing terutama saat Ramadan. Dakwahpun sangat membutuhkan peran muslimah, bagai darah yang sangat dibutuhkan tubuh, umat juga butuh peran dakwah muslimah. Lantas apa peran kita sebagai muslimah, terlebih saat Ramadan?
Wallahu A’lam