Alternatif Obat Herbal Dan Solusi Hakiki Masalah Kesehatan Negeri

Share

Oleh : dr Wiwik Rahayu, M.kes
(Dosen Farmakologi, aktivis HELPs)

Negeri ini terus dilanda berbagai permasalahan disegala bidang tak terkecuali permasalahan di bidang kesehatan. Mahalnya biaya pelayanan kesehatan menjadi salah satu masalah yang berdampak terhadap sulitnya masyarakat memenuhi kebutuhan kesehatannya.

Telah banyak upaya yang dilakukan negeri ini untuk mengatasi permasalahan tersebut diantaranya dengan menyelenggarakan Sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Namun alih-alih kebijakan ini mampu mengatasi permasalahan justru menimbulkan beban baru bagi masyarakat.

Salah satu komponen yang berperan dalam pelayanan kesehatan adalah obat. Harga obat yang beredar di Indonesia saat ini relatif mahal akibat bahan baku obat di negeri ini masih sangat tergantung kepada asing, adanya hak paten dan biaya promosi obat juga berkontribusi melambungkan harga obat.

Semakin sulitnya masyarakat memenuhi kebutuhan kesehatan ini menyebabkan masyarakat mencari pengobatan alternatif diantaranya dengan obat herbal. Kesempatan ini tidak dilewatkan oleh para produsen obat herbal untuk memproduksi dan mempromosikan produknya. Tak sedikit obat herbal yang dipasarkan dengan sistem multi level marketing sehingga beberapa merek obat cepat beredar dimasyarakat.

Pertanyaannya adalah apakah alternatif obat herbal ini menjadi solusi bagi permasalahan kesehatan masyarakat di negeri ini ?

Obat herbal saat ini semakin diminati oleh masyarakat dari berbagai kalangan. Beberapa alasan masyarakat memilih obat herbal diantaranya karena obat herbal dianggap sebagai pengobatan Nabi, berbahan alami, tanpa zat kimia, tanpa efek samping, harga murah, dan lain sebagainya. Namun semua klaim tentang obat herbal tersebut tidak selalu benar adanya.

Nabi SAW memuji herbal seperti madu dan habbatusaudah sebagai komoditas yang mampu menyembuhkan berbagai jenis penyakit tetapi beliau tidak menolak terhadap kemajuan ilmu dan teknologi dibidang kesehatan. Bahkan pada masa kekhilafahan Islam telah banyak dokter dan intelektual muslim yang bersemangat mengembangkan sains dan teknologi baru didunia kesehatan.

Obat herbal mengandung beberapa senyawa aktif dengan struktur kimia yang lebih komplek, sedangkan obat modern hanya memiliki senyawa aktif yang tunggal. Mekanisme kerja obat herbal adalah efek resultan dari berbagai senyawa aktif yang terkandung didalamnya. Jika satu senyawa aktif tersebut diisolasi dengan proses teknologi maka obat tersebut menjadi obat modern. Sejatinya asal-usul obat modern juga berasal dari obat herbal (bahan alam).

Setiap obat tidak hanya memiliki efek tunggal, tak terkecuali obat herbal. Efek primer biasanya dijadikan sebagai efek utama obat sedangkan efek sekunder sebagai efek samping. Jadi sangat keliru jika obat herbal diklaim tidak memiliki efek samping, apalagi obat herbal terdiri dari senyawa aktif yang komplek sehingga efeknya yang lebih luas.

Anggapan obat herbal lebih murah juga tidak selalu benar. Faktanya banyak obat herbal yang beredar memiliki harga yang lebih mahal dari obat modern, sebagian klinik-klinik herbalpun memberikan pelayanan kesehatan dengan tarif lebih mahal dari pada klinik dokter umum ataupun dokter spesialis, sehingga tidak semua masyarakat mampu menjangkau pelayanan kesehatan dengan obat herbal.

Kapitalisasi obat herbal sekarang ini semakin marak namun sayang tidak dibarengi dengan promosinya yang rasional. Membenturkan obat herbal dengan obat modern sangat tidak bijak, justru hal ini mengakibatkan masyarakat semakin bingung bahkan ada sebagian masyarakat yang akhirnya anti terhadap pengobatan modern.

Menjadikan obat herbal sebagai alternatif dalam pengobatan individu boleh saja selama tetap mempertimbangkan rasionalitas obat dan penggunaanya serta diberikan oleh orang yang berkompeten di bidangnya. Namun menjadikan obat herbal sebagai solusi masalah kesehatan masyarakat tidaklah tepat karena sesungguhnya akar permasalahan kesehatan adalah penerapan sistem kapitalisme sekuler.

Dalam sistem kapitalisme, kesehatan tak ubahnya seperti komoditas yang menarik untuk diperjual belikan. Pelayanan kesehatan (termasuk obat) dijadikan sebagai objek bisnis. Hanya orang yang berkantong tebal yang mampu membeli layanan kesehatan yang baik. Pelayanan kesehatan yang deskriminatif ini tidak memberikan kesempatan kepada masyarakat menengah kebawah untuk menikmati pelayanan kesehatan selayaknya masyarakat ekonomi atas. Tenaga kesehatan dalam sistem kapitalisme sekarang ini tidak dihargai keilmuannya, mereka harus tunduk terhadap berbagai peraturan yang membingungkan dan syarat kepentingan. Tenaga kesehatan dalam sistem ini berada dalam persimpangan antara idealisme dan pragmatisme, sungguh memilukan.

Sedangakan Islam memandang Kesehatan merupakan kebutuhan dasar masyarakat yang harus ditanggung sepenuhnya oleh negara. Pendidikan, riset dan Industri obat diselenggarakan oleh negara sehingga produksi dan distribusi obat semata-mata hanya untuk tujuan kesehatan masyarakat bukan bisnis (profit oriented).

Sistem Islam juga mewujudkan rasionalisasi obat, masyarakat akan percaya dan tidak ragu lagi terhadap pengobatan karena negara telah menjamin obat yang halal, efektif, aman dan terjangkau. Kesejahteraan tenaga kesehatanpun dijamin oleh negara secara layak sehingga mereka dapat bekerja secara rasional dan profesional. Seluruh lapisan masyarakat berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik tanpa diskriminasi tingkat ekonomi, suku, agama, ras dan bangsa.

Dengan demikian jelas solusi dari permasalahan kesehatan dinegeri ini adalah dengan kembali menerapkan sistem Islam yang berasal dari Sang Pencipta, sebagai satu-satunya sistem yang telah terbukti selama 13 abad mampu memberikan kebaikan kepada seluruh alam (Rahmatan Lil Alamin).

Read more

Local News