TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Menteri Kesehatan Nila Farid Moeloek menyebut 2-3 persen dari kasus stunting di Indonesia dapat merugikan negara hingga ratusan triliun.
“Bahwa stunting 2-3 persen saja di Indonesia akan menghabiskan ratusan triliun untuk stunting ini,” ujar Menkes, di Kantor BBPT, Jakarta Pusat, Kamis (2/8/2018)
Stunting adalah masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu lama, umumnya karena asupan makan yang tidak sesuai kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai dari dalam kandungan dan baru terlihat saat anak berusia dua tahun.
Berdasarkan data yang diperoleh, Menkes menyebut kasus stunting di Indonesia menunjukan angka 37,2 persen. Artinya 4 dari 10 anak di Indonesia dipastikan mengalami stunting.
“Kita juga masih mengalami stunting, atau kekurangan gizi atau kekerdilan, kerdil dalam arti pendek barangkali enggak apa-apa, asal otaknya jangan ikut kerdil, tapi masalahnya otaknya juga ikut kerdil,” ujar Menkes.
Sementara menurut UNICEF, stunting didefinisikan sebagai persentase anak-anak usia 0 sampai 59 bulan, dengan tinggi di bawah minus (stunting sedang dan berat) dan minus tiga (stunting kronis) diukur dari standar pertumbuhan anak keluaran WHO.
Selain pertumbuhan terhambat, stunting juga dikaitkan dengan perkembangan otak yang tidak maksimal, yang menyebabkan kemampuan mental dan belajar yang kurang, serta prestasi sekolah yang buruk.
Stunting dan kondisi lain terkait kurang gizi, juga dianggap sebagai salah satu faktor risiko diabetes, hipertensi, obesitas dan kematian akibat infeksi.
Penulis: Yanuar Nurcholis Majid