Ada hal menarik pada seminar kesehatan Islam bertajuk “Kembalinya Difteri dan Kontroversi Vaksinasi” yang digelar tanggal 25 Februari lalu di HER Hotel & Trade Center Balikpapan. Selain mengangkat isu yang sedang hangat, hal menarik lainnya adalah mengenai organisasi penyelenggara acara ini. Apa sebenarnya help-S yang menjadi penyelenggara seminar kesehatan Islam tersebut?
“Saya sendiri baru mendengar tentang Help-S ini beberapa hari belakangan..” aku Syamsul Hadi, A.Md.Kep, SKM, MPH selaku Sekretaris PPNI Balikpapan dan Kasubag Penyusunan Program RSUD Kanudjoso Djatiwibowo (RSKD) Balikpapan saat memberikan sambutan.
Benar. Penyelenggara seminar kesehatan Islam pekan lalu yang disebut help-S (Healthcare Professionals for Sharia) memang baru kali ini mengadakan acara dalam skala besar di Balikpapan. Namun, kehadiran organisasi tenaga kesehatan muslim ini disambut baik oleh berbagai pihak.
Pihak IDI Balikpapan yang diwakili oleh dr. Naqsjahbandi, Sp. KFR menyambut baik adanya help-S di Balikpapan secara khusus dan secara umum berharap help-S bisa menjadi wadah dakwah profesi tenaga kesehatan di Indonesia.
Acara ini merupakan rangkaian roadshow yang diselenggarakan dalam rangka memperingati setahun berdirinya Health care Professionals for Sharia /helpsharia (Help-S) sebagai institusi himpunan elemen lintas profesi (kesehatan syariah) yang diawali munas pertama tanggal 12/12/2016 bertempat di FK Unair Surabaya yang bertepatan dengan hari maulid Nabi Muhammad SAW (12 Rabiul Awal 1430).
Roadshow di 20 kota termasuk perwakilan luar negeri (Sydney, Australia) diadakan selama bulan November 2017 hingga Maret 2018, menjadikan Balikpapan sebagai kota ke-14 yang mengadakan roadshow setelah Ngawi (25/11), Salatiga (26/11), Palembang (10/12), Sorong (03/12), Semarang (16/12), Sydney (9/11), Bandung (21/1), Jember (14/1), Pontianak (13/1), Bangkinang (20/1), Natuna (26-27/1), Pekanbaru (24/2), dan Kendari (24/2).
Acara ini mengangkat tema difteri yang sempat menghebohkan masyarakat Balikpapan, karena Balikpapan ditetapkan sebagai salah satu kota yg mengalami KLB (Kejadian Luar Biasa) difteri.
Dalam sambutan koorwil Help-S Kaltim-tara, dr. Ahmad Syahri, Sp.PD dari Tanjung Selor, setelah memaparkan sejarah singkat Help-S yang dibentuk sebagai wadah tenaga kesehatan muslim dalam dakwah profesi, beliau menuturkan keprihatinan terhadap kondisi Indonesia yang tidak pernah siap menghadapi KLB (wabah) dalam hal penyediaan vaksin.
Sebanyak 264 peserta dari berbagai profesi kesehatan terdaftar dalam seminar ini. Tercatat 17 dokter, 235 perawat dan 12 tenaga kesehatan seperti bidan, apoteker, mahasiswa kesehatan, dan lain sebagainya ikut mewarnai acara ini.
Materi pertama tentang “Mikrobiologi C. diphterie, mekanisme kerja vaksin difteri & kapitalisasi vaksinasi” disampaikan oleh dr. Muhammad Amin, M.Ked.Klin, Sp.MK, Ketua Divisi Kajian Strategis help-S Pusat dari Ngawi, Jawa Timur. Beliau membahas mikrobiologi bakteri penyebab difteri dan potensi suplementasi besi untuk menekan ekspresi gen penghasil toxin untuk mengurangi morbiditas karena difteri.
Menurut beliau ada dua hipotesis berkaitan dengan KLB difteri:
- Adanya imune gap, dimana warga yang tak terimunisasi menjadi sumber penularan setelah sebelumnya tidak ada kasus baru mengingat bahwa manusia merupakan satu-satunya sumber penularan dan vaksinasi menghambat kolonisasi C.diphteriae di saluran nafas atas.
- Telah terjadi mutasi gen tox, sehingga vaksin tak lagi efektif.
Semua hipotesis ini membutuhkan solusi yg komprehensif.
Dibutuhkan penelitian yg mendalam untuk memastikan apa yang sebenarnya terjadi. Penelitian tersebut membutuhkan banyak dana. Selain untuk penelitian, dibutuhkan juga sumber dana untuk pencegahan dan penatalaksanaan penyakit.
Solusinya adalah syariah Islam, karena bisa memberikan kontribusi pendanaan yg baik pada sektor kesehatan. Syariah Islam menjadikan kesehatan sebagai pelayanan murni dari negara kepada rakyatnya, bahkan seharusnya bisa memberikan pelayanan secara cuma-cuma, bukan menjadikan kesehatan sebagai komoditas ekonomi seperti yang terjadi saat ini.
Sumber dana yg besar bisa saja didapatkan dari kekayaan alam yg menurut syariah Islam merupakan kepemilikan umum bagi rakyat. Potensi kekayaan alam masih sangat besar untuk dijadikan sumber pendanaan. Selama ini pengelolaan kekayaan alam tersebut diberikan kepada swasta lokal dan asing, sehingga rakyat tidak mendapatkan apa yg seharusnya menjadi haknya.
Tenaga kesehatan muslim tak cukup hanya berpikir teknik kesehatan, akan tetapi juga harus memikirkan pendanaannya. Melalui pendanaan syariah inilah insyaAllah kebaikan dan kerohmatan akan dapat dirasakan oleh semua, dimana para tenaga kesehatan akan dapat mengaplikasikan standar keilmuannya dengan baik tanpa dipusingkan dengan kekurangan dana termasuk dalam penelitian dan penatalaksanaan penyakit difteri.
Materi dilanjutkan tentang “Hukum vaksin dalam Islam” yang dipaparkan oleh Ust Nazarudin. Adapun Ust Nazarudin, alumni PP al-Adhhar Bogor, menjelaskan bahwa hukum vaksinasi adalah sunnah. Memang ada perbedaan pendapat, namun beliau menguatkan kesunahan, mengikuti kesunahan berobat. Jika bahannya ada yang terkategori najis maka menjadi makruh. Terkait adanya rumor bahan berbahaya atau haram pada bahan vaksin maka perlu bukti dan data yang akurat. Haram menyebarkan kabar yang tidak ada fakta dan data yang valid. Jangan sampai sikap masyarakat terhadap vaksinasi didasarkan informasi yang keliru. Hal itu, misalnya, berakibat pada cakupan vaksinasi yang tidak menyeluruh.
Materi berikutnya tentang “Infeksi difteri & vaksinasi pada anak” oleh dr. Tonny Hartanto, Sp. A, praktisi kesehatan yang menangani pasien difteri di RSUD Kanudjoso Balikpapan, menjelaskan bahaya yang mengancam anak yang tidak mendapat vaksinasi bukan hanya pada anak tersebut tapi juga membahayakan lingkungan sekitarnya.
Setelah break makan siang dan sholat dzuhur, materi tentang “Screening dan tata laksana awal pasien suspek difteri” oleh dr. Chintriany Hardiningsih, M. Kes., Sp.THT, praktisi kesehatan yang juga menangani pasien difteri di RSUD Kanudjoso Balikpapan, memaparkan bahwa sempat terjadi kepanikan saat penetapan KLB di Balikpapan sehingga terjadi lonjakan rujukan pasien suspek difteri dari faskes primer.
Materi terakhir tentang “Asuhan keperawatan pasien difteri, penanggulangan wabah/ KLB dan solusi syari terkait wabah dalam Islam” oleh M. Fakhrudin Noor, AMK, S.KM, M.K.M , koorwil help-S Kalsel-teng menjelaskan peran negara dalam menjamin kesehatan rakyat yang saat ini tidak dilaksanakan dengan semestinya serta bagaimana Islam bisa mengatasi masalah kesehatan yang terjadi jika diterapkan secara kaffah.
Seminar dibagi menjadi dua sesi dimana pada tiap akhir sesi ditutup dengan diskusi. Diskusi berjalan dengan baik, peserta bertanya dan menanggapi jawaban para pemateri dengan antusias.
Acara ini juga menjadi launching Help-S chapter Balikpapan dengan sekretariat yang terletak di Poliklinik Ibnu Sina Rapak. Sebagai langkah awal, semoga kedepannya Help-S Balikpapan bisa memenuhi visi misinya untuk menjadikan “Balikpapan Sehat, Sebar Rahmat dengan Syariah” dan mewujudkan mimpi untuk membentuk sistem kesehatan Islami yang sesuai syariah.