REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kasus gizi buruk yang melanda sejumlah daerah di Indonesia menimbulkan kekhawatiran sejumlah pihak. Pasalnya, gizi buruk tidak hanya terjadi pada daerah terpencil atau geografis wilayah yang sulit, seperti di Asmat. Gizi buruk juga bahkan ditemukan di kota-kota besar seperti Jakarta, Batam, Surabaya dan Semarang.
Peneliti Pusat Pengembangan Ilmu Pengetahuan Teknologi Pangan dan Pertanian Asian Tenggara Institut Pertanian Bogor, Prof Dodik Briawan, mengatakan penyebab masih tingginya anak menderita gizi buruk karena pola konsumsi anak Indonesia tidak seimbang. Kesalahan dalam asupan makanan anak ini yang mengakibatkan standar ganda gizi buruk yaitu kekurangan gizi dan kelebihan gizi.
“Anak gemuk belum tentu sehat, bisa jadi pola makannya salah sehingga nutrisi yang masuk tidak sesuai dengan kebutuhan anak. Akhirnya menjadi gemuk dan tidak sehat,” kata Dodik Briawan saat menghadiri peringatan Hari Gizi Kota Tangerang Selatan.
Anggota UKK Nutrisi dan Penyakit Metabolik PP IDAI, Dr Damayanti Rusli, juga menyebutkan, gizi buruk dialami anak-anak karena masyarakat tidak paham makanan yang dibutuhkan anak. Ia menyayangkan sejumlah anak menderita gizi buruk yang saat ini dirawat di sejumlah rumah sakit akibat kekeliruan orang tua memberikan makanan untuk anak.
RSUD Embung Fatimah, Batam saat ini menangani VA (9 bulan), yang menderita gizi buruk akibat diberi asupan susu kental manis, sebagai pengganti ASI. Hal yang sama juga ditemukan di RS Bahtera Mas, Kendari. Sebanyak 3 balita penderita gizi buruk setelah mengkonsumsi susu yang seharusnya berfungsi sebagai bahan masakan ini dirawat di RS Bahtera Mas sejak awal Januari yang lalu. Satu diantaranya, Arisandi asal Konawe meninggal akhir Januari lalu.
Dikutip dari situs resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), kecukupan gizi pada anak dimulai dari pemberian ASI. Jika ibu tidak dapat memberikan ASI, dapat melalui ASI donor yang telah terjamin higienis dan keamanannya. Jika tidak mendapatkan ASI donor, maka pilihan selanjutnya adalah susu formula untuk bayi dan anak. Susu formula merupakan susu sapi yang telah dimodifikasi.
Pertimbangan sebagian orangtua memilih susu kental manis sebagai asupan nutrisi untuk anak dengan alasan harga yang relatif lebih murah, mudah disimpan dan tidak cepat basi dibandingkan dengan susu formula. Penyebab lainnya adalah ketidaktahuan orang tua bagaimana fungsi produk susu kental manis sehatusnya digunakan.
Dengan tegas IDAI melarang pemberian susu kental manis untuk bayi dan anak. Sebab, susu kental manis memiliki kadar gula yang tinggi, dan kadar protein yang rendah. Susu kental manis (SKM) adalah susu yang dibuat dengan melalui proses evaporasi atau penguapan dan umumnya memiliki kandungan protein yang rendah.
Selain diuapkan, susu kental manis juga diberikan added sugar (gula tambahan). Hal ini menyebabkan susu kental manis memiliki kadar protein rendah dan kadar gula yang tinggi. Kadar gula tambahan pada makanan untuk anak yang direkomendasikan oleh WHO tahun 2015 adalah kurang dari 10 persen total kebutuhan kalori.
Sumber: http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/18/02/10/p3wstz291-idai-susu-kental-manis-bukan-untuk-anak