Bravo Rumah Sakit Standar Syariah

0
6250

Oleh : dr. Fauzan Muttaqien (Sekjend HELP-S)

Beberapa waktu lalu HELP-S Jawa Tengah berkesempatan mengunjungi RS Islam Sultan Agung Semarang. Rumah Sakit pertama di Indonesia yang dinobatkan sebagai Rumah Sakit Syariah. Kami disambut dengan ramah oleh direktur utama, dr. Masyhudi. Di ruangan beliau yang luas dan nyaman itu kami berdiskusi hangat tentang berbagai masalah.

“Kami ingin belajar banyak dari dokter dan Rumah Sakit ini” cetus saya ke beliau.

Ya, menurut saya keberanian melabel rumah sakit beliau dengan label syariah adalah sesuatu yang istimewa. Kata syariah memang sedang naik daun. Mulai dari istilah bank syariah, asuransi syariah, kredit syariah, dan lain-lain semua serba dilabeli syariah. Dan sekarang, unik, sebuah rumah sakit syariah. Tentu orang akan bertanya-tanya… apa ini?

“Ya, kalau kita bicara nama rumah sakit Islam itu sudah biasa. Ada di mana-mana” tutur beliau. “Tapi kita khawatir itu cuma sekedar nama. Di sini kami mencetuskan ada standarisasi syariah ke rumah sakit- rumah sakit islam tersebut. Kami sudah mencari kemana-mana masalah standarisasi itu… di internasional pun kami tidak menemukan. Maka di sini, kami berusaha merumuskan standarisasi syariah untuk rumah sakit, kita coba RSI Sultan Agung ini sebagai percontohan.”

“Standarisasi syariah kita coba terapkan dalam berbagai hal. Mulai dari manajemen, sistem pengadaan obat-obatan… bagaimana kita mengupayakan sedapat mungkin obat-obatan yang halal di sini. Gizi pasien yang berstandar syariah. Bahkan laundry pun kami terapkan standar syariahnya” lanjut beliau.

“Untuk perawatan pasien, kami sangat berusaha menjaga ibadah pasien. Kalau anda melihat di status rawat pasien, maka anda akan melihat kolom ceklis shalat lima waktu. Pasien muslim kita wajibkan shalat lima waktu. Salah satu tugas perawat di bangsal adalah mengingatkan pasien untuk shalat lima waktu, meski dalam kondisi dia sakit”

Sampai di sini saya berdecak kagum. “Mantap itu dok. Harusnya standarisasi syariah seperti ini tidak hanya diterapkan di RS islam, tapi seluruh rumah sakit harus berebut mendapatkan sertifikat label syariah. Seperti RS ingin mendapatkan akreditasi JCI atau KARS atau ingin mendapatkan ISO misalnya, maka mendapatkan akreditasi syariah merupakan nilai tersendiri bagi RS bersangkutan”

Ya, saya seringkali sedih melihat kondisi di bangsal-bangsal perawatan. Untuk masalah sederhana, seperti menunaikan shalat, misalnya. Fasilitas RS tidak mendukung hal itu, dan perawatan pun terkesan abai. Pasien dibiarkan saja tidak melaksanakan shalat. Ini fatal. Ketika perawat begitu telaten dalam hal jadwal menensi pasien, mengganti infus atau menyuntikkan obat, kenapa mereka tidak setelaten itu juga dalam menjamin shalat para pasien itu tertunaikan? Ini baru shalat, belum hal-hal lain seperti masalah menjaga aurat pasien, kemudian bimbingan pada saat sakaratul maut dan lain sebagainya. Kita baru bicara masalah perawatan. Belum bicara masalah-masalah yang lain seperti obat, logistik yang lain, manajemen, dan masih banyak lagi. Sehingga ketika RSI Sultan Agung bertekad menerapkan standarisasi syariah ini adalah sebuah acungan jempol.

“Satu lagi dok” sela saya lagi.
“Kita sangat paham bahwa salah satu cara dakwah yang cukup efektif adalah dakwah di bidang kesehatan. Makanya para misionaris membidik bidang ini, di samping bidang pendidikan. Menurut saya sangat penting sekali ketika seseorang sakit dan dirawat di RS Syariah maka yang didapatnya bukan hanya sekedar kesembuhan fisik. Tapi berhari-hari mereka dirawat di sini, merupakan kesempatan bagi kita untuk dakwah menyampaikan Islam yang benar kepada mereka.. yaa anggaplah mereka dirawat di sini seperti sedang mengikuti sebuah daurah atau ikut pesantren kilat… jadi ketika keluar benar-benar mantap raganya dan mantap islamnya.” Lanjut saya semangat.

Beliau tersenyum simpul, “Insya Allah. Doakan saja, program-program kami sudah menuju ke sana”

…..
Umat Islam betul-betul sedang berbenah diri. Ghirah untuk menerapkan syariah muncul dari semua segmen, tak terkecuali dari bidang kesehatan. Ini, pertanda kebangkitan Islam betul-betul sudah di ambang pintu. Saya yakin, pelabelan rumah sakit dengan syariah bukan sekedar nama dagang atau mencari sensasi, tapi ini betul-betul lahir dari kesadaran dan kecintaan terhadap aturan Allah dan RasulNya.

Ah, sayang baru RSI Sultan Agung, batin saya waktu melangkah pulang. Semangat ini harus secepatnya ditularkan ke rumah sakit- rumah sakit lain seluruh Indonesia.

LEAVE A REPLY