Oleh : dr. Yanuar Ariefudin (Anggota HELP-S)
Hari ini, tepat tanggal 12 November 2016 merupakan Hari Kesehatan Nasional (HKN). Di HKN ke 52 tahun ini, besar harapan agar rakyat semakin kritis dan pemerintah semakin peduli untuk benar-benar menuntaskan permasalahan kesehatan di negeri ini. Selama ini yang terjadi seakan-akan ada politik adu domba antara rakyat dengan tenaga kesehatan, masalah selalu mengambang, dan tidak tuntas diselesaikan. Disengaja atau tidak, yang jelas permasalahan kesehatan semakin ruwet. Apalagi seperti yang telah kita ketahui bersama, dari calon kepala daerah sampai calon presiden ketika kampanye selalu menjual isu kesehatan sebagai komuditi yang empuk. Fakta di lapangan menunjukkan kondisi kesehatan negeri ini lebih rumit ketimbang awal dicetuskannya Hari Kesehatan Nasional 52 tahun yang lalu.
Permasalahan kesehatan terus saja bertambah, namun upaya untuk penyelesaiannya selalu setengah hati. Entah ini disengaja atau memang ketidakseriusan pihak pembuat kebijakan. Sekedar contoh, dari sekian permasalahan kesehatan baru-baru ini, yaitu masalah yang timbul pasca diberlakukannya JKN dengan BPJS sebagai badan penyelenggaranya. Mereka menuding para dokter yang berada di layanan primer tidak berkompeten dengan alasan tingginya angka rujukan ke RS. Lalu apa solusi yang diberikan oleh pemerintah? Pemerintah merevisi undang-undang pendidikan kedokteran dengan memaksa membuka prodi Dokter Layanan Primer (DLP) dan para dokter dituntut untuk kembali ke bangku kuliah. Sungguh menggelikan kebijakan yang diambil oleh pra pengambil kebijakan di negeri ini. Antara masalah dan solusi tidak klop. Angka rujukan tidak tinggi memang menjadi sasaran utama BPJS, supaya pengeluaran ditekan serendah rendahnya. Lalu premi dinaikkan supaya pemasukan sebesar besarnya. BPJS pun untung setinggi-tingginya dan rakyat buntung sebuntung-buntungnya. Ironis.
Ketika negara tidak mampu mendiagnosa apa sebenarnya permasalahan kesehatan di negeri ini, maka tentu saja terapi yang akan diberikannya pasti tidak akan menyelesaikan masalah. Mari kita analisa apa sebenarnya masalah kesehatan yang terjadi di negeri ini:
1. Pendidikan kesehatan kapitalistik
2. Fasilitas kesehatan tidak ideal
3. Obat-obatan terbatas dan mahal
4. Ketergantungan obat dan alat kesehatan asing
5. Orientasi bisnis JKN-BPJS
6. Pendidikan masyarakat terhadap kesehatan
7. Isu mitos, hoax dan konspirasi
Berbagai permasalahan di atas insya Allah akan dibahas satu persatu oleh para tenaga kesehatan muslim yang peduli terhadap umat. Tentunya permasalahan tersebut tidak akan berhenti sampai di sini. Selalu akan bertambah dari waktu ke waktu dan tentunya para tenaga kesehatan muslim yang peduli dengan isu-isu ini akan terus memantau dan menggali akan permasalahan serta merumuskan solusi-solusi yang tidak bertentangan dengan hukum syariah. Untuk itulah Healthcare Professionals for Sharia (HELP-S) dibentuk dan mulai bergerak hari ini, hari di mana negeri ini sedang memperingati Hari Kesehatan Nasional (HKN) yang ke 52. Mari turut berkontribusi membenahi sistem kesehatan negeri ini demi kebaikan bersama yang tentunya kebaikan yang diridhai Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Mari bekerjasama untuk saling membantu dan membela rakyat yang terdzalimi khususnya terdzalimi dalam akses kesehatan. Mari bergerak menuju Hidup Sehat, Sebar Rahmat dengan Syariah.[]