Teriakan Pertama Kelahiran Bayi Dibalik Tikaman Syaitan

0
2793

Oleh: dr. Yanuar Ariefudin (Anggota HELP-S)

Sebuah Kisah Saat Coass di Bagian Obsgyn

Bagian Obstetry Gynecology atau yang disingkat obsgyn, tentu tidak asing lagi. Di sinilah salah satu station RS yang memang disediakan untuk bersalin bagi ibu hamil. Setiap hari ada saja kelahiran manusia baru. Stase yang cukup manarik. Kesakitan, kesedihan dan rintihan seorang pasien dapat berubah dalam sekejap menjadi keriangan dan kegembiraan tatkala bayi yang dinantikan lahir dengan selamat. Meskipun ada juga yang tetap bertahan dalam kesedihan ketika sang bayi yang dinantikan lahir tidak selamat.

Setiap ada kelahiran baru dan setelah bayi mendapatkan perlakuan khusus oleh koass anak (dibawah pengawasan dokter spesialis anak), dan saat dirasa sudah “aman”, mereka memanggilkan sang ayah untuk mengadzani bayi yang baru lahir tadi. Itulah rutinitas setiap kali ada bayi baru lahir. Saya menganggapnya hal yang biasa karena meskipun para ulama berbeda pendapat mengenai derajat hadits tentang hal ini.

Bayi yang lahir menangis menjadi indikator bahwa bayi dalam keadaan sehat. Ya, sehat karena tidak ada sumbatan dalam pernapasannya, adanya kemampuan menarik napas dan reflek-reflek lainnya. Selain menangis kuat, indikator bayi sehat lainnya adalah bayi harus sudah cukup bulan (usia janin 37-40 minggu saat dilahirkan), dan tonus otot yang baik (gerak aktif).

Di lain sisi, ternyata tangisan bayi pada awal jeritan menurut hadits nabi shalallahu ‘alaihi wassalam adalah karena tikaman syaitan. Adapun haditsnya yaitu, “Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda, “Teriakan bayi ketika baru saja lahir adalah tikaman dari syaitan” (HR. Bukhari dan Muslim). Menikam artinya melontarkan kata-kata buruk kepadanya (Imam Nawawi, Syarah Muslim).

Sebelum membahas lebih lanjut, perlu kiranya saya tegaskan bahwa tulisan ini tidak bermaksud menghubung-hubungkan antara tikaman syaitan pada awal kelahiran bayi dengan perintah adzan di telinga bayi. Kalau memang ternyata ada hubungannya saya tidak tahu. Kalau pun ternyata tidak ada hubungannya saya juga tidak tahu. Wallaahu a’lam.

Pancaindera pendengaran sejak saat lahir sudah berfungsi dengan baik. “Tepat dan pas” itu yang saya rasakan. Allah menurunkan syariat ini kepada kita, dan ternyata sangat sesuai dengan fisiologi manusia. Berbeda dengan mata. Dalam ilmu kedokteran panca indera penglihatan yang kita kenal dengan mata pada awal-awal kehidupan manusia belum berfungsi dengan baik. Bulan berikutnya sedikit demi sedikit kemampuan melihatnya bertambah, dan itupun hanya pada jarak tertentu. Fase-fase melihat dijelaskan dengan gamblang pada Buku Ajar Ilmu Mata karya Prof. Sidarta yang diterbitkan oleh Fakultas Kedokteran UI. Jadi jangan Ge eR kalau ada bayi senyum kepada Anda, karena si bayi sebenarnya belum mampu melihat wajah Anda. Hehe…

Hadits mengenai adzan ditelinga bayi yang dimaksud yaitu :

Dari Abu Rafi’ (bekas pembantu Rasulullah SAW) ia berkata : “Aku melihat Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam mengumandangkan adzan seperti untuk shalat di telinga Hasan bin Ali ketika baru saja dilahirkan oleh Fathimah Radhiallahu Anha.” (Dikeluarkan oleh Imam Abu Dawud, Imam Tirmidzi, Imam Baihaqi, Imam Thabrani, Imam Ahmad, Imam Hakim dan Imam al Baghawi). Imam Hakim berkata, “Hadits shahih tetapi Imam Bukhari dan Imam Muslim tidak mengeluarkannya”. Imam Tirmidzi mengatakan, “Ini hadits Hasan Shahih”. Sedangkan Imam Ibnul Qayyim mendhaifkannya. Namun setelah ada 2 hadits pendukung lewat jalur Ibnu Abbas, akhirnya beliau menganjurkan untuk mengamalkannya (menyunnahkannya). *

*Salim Rasyid Asy Syibli dan Muhammad Kahlifah Muhammad Rabah. Menyambut Buah Hati. Terjemah Ahkamul Maulud fis Sunnatil Mutthaharah. Ash Shaff Media.

LEAVE A REPLY